REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Senin (30/6) pagi turun lima poin dari posisi terakhir pekan lalu menjadi Rp 11.985 per dolar AS. "Mata uang rupiah kembali melemah, padahal laju dolar AS sedang mengalami pelemahan terhadap mata uang negara lain seiring melesunya pertumbuhan ekonomi AS," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada.
Ia mengatakan dampak meredanya konflik Irak terhadap harga minyak mentah dunia belum cukup membantu nilai tukar rupiah kembali berada di area positif. Kendati demikian, menurut dia, peluang rupiah menguat cukup terbuka.
Dari dalam negeri, ia menjelaskan, perhatian pasar akan kembali ke angka ekonomi domestik menjelang pengumuman data inflasi Juni dan neraca perdagangan Mei pada Selasa (1/7). "Inflasi diperkirakan turun dan neraca perdagangan juga kembali mengalami surplus," katanya.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan pergerakan rupiah juga masih terpengaruh kondisi politik menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden. "Diperkirakan, setelah pelaksanaan pemilu dan hasil pemilu tidak menuai perdebatan maka level mata uang rupiah dapat kembali sesuai dengan fundamental ekonomi," katanya.