REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Ekspatriat Non-Muslim yang menetap di negara-negara Muslim menghayati dan mengambil hikmah dari bulan suci Ramadhan. Bahkan, ekspatriat non-Muslim ada yang ikut serta berpuasa.
“Ini adalah pertama kalinya saya berpuasa dan jujur sangat sulit. Tetapi, saya mencoba untuk tetap melaksanakannya,” ujar Chariz Serrot, seorang ekspatriat yang bekerja di Arab Saudi seperti dilansir ArabNews.
Serrot ikut serta melaksanakan puasa bersama dengan majikannya walaupun ia adalah seorang non-Muslim. Serrot berkata meskipun sulit menjalankan puasa, ia tetap berusaha melaksanakan kegiatan spiritual tersebut dan menganggapnya sebagai cara berdisiplin.
Mengambil tantangan tersebut merupakan praktik dalam mengajarkan etika dan kesabaran dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya Serrot, ekpatriat non-Muslim yang menghayati puasa dan mengambil hikmahnya. Neil Grajo.
“Puasa membantu orang untuk menahan diri dari kebiasaan yang berbahaya, bahkan membantu mereka memperoleh kehidupan yang lebih baik,” ujar Grajo.
Menurut Grajo, Ramadhan sangat baik untuk sebuah negara, seperti Filipina. Di mana merokok dan minum alkohol sudah sangat menjangkit warga Filipina, yang menyebabkan kerugian besar dalam perekonomian dan kesehatan masyarakat.
Warga negara Filipina lainnya yang bekerja di Riyadh mengatakan Ramadhan adalah satu kewajiban umat Muslim yang menunjukkan kemurahan hati dan menaati perintah Tuhan mereka meskipun hal itu sangat sulit.
“Pelajaran dalam berpuasa itu sangat diperlukan oleh masyarakat modern untuk meningkatkan kualitas diri di setiap individu. Melalui puasa manusia diajarkan untuk menjaga kesahatan jasmaninya, melatih fisiknya, menghilangkan keserakahan dan nafsunya,” kata Grajo.