REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD — Memasuki Ramadhan banyak badan amal dan filantropi di Pakistan menggelar buka bersama. Agenda ini disambut baik warga Pakistan yang cukup menderita akibat inflasi yang terus menjulang.
Para penyelenggara mengatakan inflasi yang terus meningkat menyebabkan semakin banyak orang setiap tahunnya berbuka puasa di tempat yang menyediakan makanan gratis. Mohammad Amir, bekerja di tukang jahit, mengatakan ia bisa berhemat banyak dengan makan gratis karena pendapatannya tidak cukup untuk membeli makanan untuk seluruh keluarganya.
Ia mengaku malu kerap mendatangi acara buka puasa gratis. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan. Akhirnya mendatangi acara buka puasa bersama merupakan opsi realistis ditengah krisis ekonomi.
Amir berkata walaupun filantropis memberi makan orang-orang dengan cara ini, pemimpin politik tidak banyak berusaha mengatasi kenaikan harga makanan dan pengangguran. Ia menyayangkan para politisi bertengkar satu sama lain dan mereka tidak sadar bahwa rakyat kelaparan atau bagaimana mereka menjalankan hidup mereka.
Asad Ullah bekerja sebagai satpam dan datang ke kamp makanan gratis setiap Ramadan. Ia berharap uang yang ia hemat bisa membantunya membeli baju baru untuk anak-anaknya. Ullah mengatakan gajinya hanya sebesar 10.000 rupees ($100) per bulan dan dengan makan gratis ia bisa menghemat sampai 25 persen dari gajinya untuk membantu keluarganya memenuhi kebutuhan mendesak lainnya.
Penyelenggara Abdul Razak Bhatti mengatakan pedagang lokal dan orang kaya diam-diam mendanai kerja amal ini. Ia mengatakan ia mulai menawarkan makanan gratis di bulan Ramadan lima tahun lalu karena ketaatannya akan agamanya. Tapi ia mengatakan melakukan hal ini sepanjang tahun.
“Biasanya ada kepala keluarga yang harus memberi makan satu keluarga yang beranggotakan sepuluh orang," kata Bhatti seperti diansir VOA, Rabu (2/7).
"Jadi, jelas sekali kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi dan lalu ada kenaikan biaya listrik, biaya gas alam dan lainnya yang membuat sulit keluarga untuk bertahan dengan keadaan keuangan yang pas-pasan.” Tahira Abdullah, seorang aktivis HAM yang berbasis di Islamabad, menyambut baik tradisi makanan gratis selama bulan Ramadan yang semakin berkembang ini tapi ia memiliki kekhawatiran tentang hal ini.
“Saya merasa sangat memalukan bahwa apa yang disebut Republik Islam Pakistan membutuhkan hal seperti ini dan mengalami kemiskinan seperti ini, kemiskinan yang membuat kelas menengah dan kelas bawah harus datang ke filantropis dan badan amal untuk makan," ujarnya.
"Anda pikir mereka yang mengantri di jalanan untuk makan gratis setiap Ramadan punya harga diri lagi? Tidak.” Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemerintah menawarkan paket bantuan Ramadan untuk mensubsidi harga tepung, gula, lentil, susu dan makanan lainnya. Tapi para kritik mengatakan bantuan tersebut jarang sampai kepada mereka yang membutuhkan karena korupsi.