REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH - Penduduk lanjut usia (lansia) Jeddah ingin melihat kembali meriam yang dulu digunakan untuk mengumumkan waktu berbuka dan sahur selama Ramadhan bertahun-tahun yang lalu.
"Meriam itu salah satu pilar di bulan Ramadhan, tidak hanya di Kerajaan tapi di seluruh pelosok dunia Islam. Kami merindukan kembalinya meriam iftar. Untuk mendengarnya lagi akan mengingatkan pada zaman nenek moyang kami dan kakek serta kenangan-kenangan indah, "kata Mohammed Al-Amari (60), warga lingkungan Al-Amaria di Jeddah.
"Di masa lalu, penembakan meriam di dekat lingkungan kami di pusat kota Jeddah akan memberitahu kita tentang awal Ramadhan," katanya.
"Kami akan mengunjungi satu sama lain untuk mengucapkan selamat dan menyampaikan berkat-berkat kita, sebelum menyiapkan untuk melakukan Shalat Tarawih."
Al-Amri mengatakan hilangnya meriam telah mengurangi spiritualitas dan tradisi dunia Islam.
Hussein Al-Zahrani (70) mengatakan dia bertanggung jawab untuk menembakkan meriam di bulan Ramadhan lebih dari 40 tahun yang lalu.
"Itu cukup menarik bagi kita untuk menembakan meriam empat kali sehari selama bulan Ramadhan, pertama di saat maghrib, lalu sekali pada jam 02.00 dini hari, dan dua kali tepat 15 menit sebelum shalat Fajar," demikian laman berita Arab.