REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang parsel yang berlokasi di sekitar Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, mengaku masih sepi pembeli dan belum merasakan peningkatan hasil penjualan yang signifikan hingga tiga minggu sebelum Lebaran.
"Karena sekarang semua serba mahal, jadi sepertinya menunggu THR dulu dan lebih memilih parsel yang harganya murah. Penurunan ini hingga 20 persen dibanding tahun lalu," kata salah seorang pedagang parsel, Hera di Jakarta, Senin (7/7).
Jika tahun lalu ia bisa menjual hingga 500 parsel untuk Lebaran, sekarang masih belum bisa dipastikan, ujar dia.
Selain itu, lokasi lapak yang sebelumnya berada di area Stasiun Cikini dan berpindah ke dalam pusat perbelanjaan Cikini Golden Center turut berpengaruh, ujarnya
"Di sini sepi, tidak seperti saat berjualan di stasiun. Orang lebih mudah untuk berhenti dan tidak repot," kata Hera, salah seorang pedagang parsel.
Hera juga berharap situasi Pemilu Capres-Cawapres 2014 tidak memperparah kondisi pasar yang tengah lesu. Ia mengatakan, bahwa pada krisis ekonomi 1998 banyak pedagang parsel yang mengalami kerugian dan bangkrut akibat kondisi ekonomi dan keamanan yang tidak stabil.
"Dulu kami sampai membakar sendiri keranjang parsel yang tidak laku karena tidak muat jika disimpan di rumah," katanya.
Sementara itu, pedagang parsel lainnya Ny Yunus mengatakan sepinya pembeli terjadi sebagai imbas harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi saat memasuki Ramadhan. Sebenarnya para pedagang memberikan beragam pilihan harga parsel yang dijual mulai dari Rp200.000 yang berisi makanan dan barang pecah belah, hingga yang harganya sampai Rp3.000.000 dilengkapi perangkat elektronik.
"Namun kebanyakan pelanggan lebih memilih yang lebih murah," katanya.