REPUBLIKA.CO.ID, Pada tahun ini, diperkirakan Ramadhan hanya 29 hari. Hal tersebut disampaikan oleh Hatem Auda, Direktur Institut Penelitian Nasional Astronomi dan Geofisika Mesir, seperti yang dilansir dalam situs Ahram, Rabu (9/7).
Meskipun biasanya Ramadhan berlangsung selama 30 hari setiap tahunnya, Auda mengatakan, berdasarkan penelitian, bulan puasa tahun ini akan lebih pendek dari sebelumnya.
Selain itu, jika melihat kalender lunar Islam, hari terakhir Ramadhan akan jatuh pada 27 Juli. Umat Islam akan mengakhiri puasa dan merayakan hari pertama Idul Fitri pada 28 Juli.
Berdasarkan ajaran Isram, umat Islam berpuasa dari fajar hingga terbenamnya matahari sepanjang Ramadhan. Dalam situs ramadan.com.au, periode Ramadhan bisa 29 dan 30 hari, bergantung dengan bulan baru yang terlihat.
Ramadhan datang sekitar 10 hari lebih awal setiap tahunnya. Di Mesir, Ramadhan tahun ini berlangsung dalam suhu tinggi hingga 40 derajat pada siang.
Tahun ini, sebagian besar umat Islam di dunia mulai berpuasa pada 29 Juni. Namun, beberapa bagian negara adanya sudah berpuasa pada 28 Juni. Sedangkan, di Pakistan, kaum Muslim di sana baru mulai berpuasa pada 30 Juni.
Secara terpisah, ulama Islam dan astrofisika di Uni Emirat Arab meyakini Muslim agar beralih ke perhitungan astronomi daripada menggunakan metode penglihatan untuk menentukan awal Ramadhan atau Idul Fitri.
Astrofisika Nidhal Guessoum mengatakan, Muslim seharusnya berpegang kepada kalkulasi astronomi karena metode tradisional tidak tepat.
“Kami mengetahui dari beragam studi, metode tradisional yang mengandalkan laporan dari observasi memiliki tingkat kesalahan cukup besar, bahkan bisa mencapai 50 persen,” katanya, seperti dikutip the Gulf News, Rabu (9/7).
Penetapan Ramadhan maupun Hari Idul Fitri kerap diwarnai perbedaan. Satu sisi menilai cukup hanya menggunakan perhitungan astronomi. Namun, di sisi lain, metode melihat dengan mata diharuskan mengacu pada hadis.
|