REPUBLIKA.CO.ID, Demikianlah, Khabbab menanggung penderitaan dengan sabar, tabah dan tawakkal.
Orang-orang Quraisy terpaksa meminta bantuan Ummi Anmar, yakni bekas majikan Khabbab yang telah membebaskannya dari perbudakan. Wanita tersebut akhirnya turun tangan dan turut mengambil bagian dalam menyiksa dan menderanya.
Wanita itu mengambil besi panas yang menyala, lalu menaruhnya di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab, sementara Khabbab menggeliat kesakitan. Tetapi nafasnya ditahan hingga tidak keluar keluhan yang akan menyebabkan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira.
Pada suatu hari Rasulullah SAW lewat di hadapannya, sedang besi yang membara di atas kepalanya membakar dan menghanguskannya. Hingga kalbu Rasulullah pun bagaikan terangkat karena pilu dan iba hati. Rasulullah kemudian berdoa, "Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu kepada Khabbab!"
Dan kehendak Allah pun berlakulah, selang beberapa hari, Ummi Anmar menerima hukuman qishas. Seolah-olah hendak dijadikan peringatan oleh Yang Maha Kuasa baik bagi dirinya maupun bagi algojo-algojo lainnya. Ia diserang oleh semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Menurut keterangan ahli sejarah ia melolong seperti anjing.
Dan orang memberi nasihat bahwa satu-satunya jalan atau obat yang dapat menyembuhkannya ialah menyeterika kepalanya dengan besi menyala. Demikianlah, kepalanya yang angkuh itu menjadi sasaran besi panas, yang disetrikakan orang kepadanya tiap pagi dan petang
Jika orang-orang Quraisy hendak mematahkan keimanan dengan siksa, maka orang-orang beriman mengatasi siksaan itu dengan pengorbanan.
Dan Khabbab adalah salah seorang yang dipilih oleh takdir untuk menjadi guru besar dalam ilmu tebusan dan pengorbanan. Boleh dikata seluruh waktu dan masa hidupnya dibaktikannya untuk agama yang panji-panjinya mulai berkibar.