REPUBLIKA.CO.ID,
Sebanyak 305 anak yatim dan dhuafa dilatih kemandirian.
Generasi muda harus menyadari keberadaan kekayaan itu lalu belajar serta berinovasi untuk memanfaatkannya demi negara.
Ia meminta seluruh peserta disiplin mengikuti instruksi panitia. Apalagi, ketika mereka naik turun kapal. “Perhatikan keamanan.”
Peserta Orphanship dari Yayasan Raudhatul Ilmi Muhammad Aslam (13 tahun) mengaku senang mengikuti acara ini.
“Pesantren kilat sambil naik kapal kayaknya seru,” ujarnya. Kegembiraan juga dirasakan Kepala Yayasan Raudhatul Ilmi Rasmilia Chandra.
Sebab, sebanyak 20 anak didiknya berkesempatan mengikuti Orphanship. “Mereka dapat pengalaman baru naik kapal perang,” katanya sambil tersenyum. Hal penting lainnya, mereka memperoleh materi agama dan kedisiplinan.
Ia mengungkapkan, kesulitan terbesar yang selama ini dihadapi adalah membangun rasa percaya diri anak-anak yatim itu. Jiwa kepemimpinannya pun perlu dibangun. Ia meyakini, kegiatan Orphanship bisa membantu melahirkan rasa percaya diri mereka.
Sri Ratih Deswati, seorang ibu, mendaftarkan anaknya, Ali Fandi (9 tahun), mengikuti Orphanship. Satu tujuan yang ingin ia capai, anaknya memiliki pengalaman mengesankan pada Ramadhan. "Anak saya harus belajar mandiri, punya pengalaman sendiri," ujarnya.
Hari pertama Orphanship didominasi pemberian materi seputar pelatihan jurnalistik. Acara dilanjutkan dengan penjelasan mengenai konsumsi ikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selepas Zhuhur, pembagian kelompok dan pengenalan mentor.
Pukul 13.30 WIB, kapal mulai berlayar menuju Pulau Pramuka. Di sana, ada bakti sosial dengan melakukan bersih-bersih pantai oleh peserta dan panitia.