REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (24/7) pagi bergerak melemah 36 poin menjadi Rp 11.543 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.507 per dolar AS. "Adanya spekulasi atas kemungkinan kenaikan suku bunga AS membatasi kenaikan mata uang rupiah lebih lanjut," kata Analis pasar uang dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong di Jakarta, Kamis (24/7).
Ia menambahkan bahwa potensi kenaikan suku bunga AS lebih cepat dari ekspektasi masih cukup terbuka menyusul beberapa data ekonomi yang telah dipublikasikan sesuai dengan ekspektasi. "Tingkat inflasi tahunan AS berada di level 1,2 persen di bulan Juni, dan itu sejalan dengan perkiraan," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, melemahnya mata uang rupiah juga dipicu dari faktor teknikal menyusul penguatan cukup signifikan mata uang domestik dalam beberapa hari terakhir ini akibat sentimen politik. "Diperkirakan euforia politik di dalam negeri cenderung mereda," katanya.
Ia menambahkan bahwa setelah euforia mereda pelaku pasar akan mencermati kembali sentimen global dan fundamental ekonomi domestik. Menurut dia, saat ini sentimen global masih mendukung penguatan dolar AS, konflik di Timur Tengah dan Ukraina masih membayangi pasar keuangan negara bekembang.