REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kesulitan uang receh saat akan memberikan uang THR untuk kerabat di kampung halaman sudah bukan hal aneh. Waktu yang mepet, kerap membuat masyarakat tak sempat menukarkan uangnya di bank.
Di hari-hari terakhir bulan Ramadhan, profesi ngereceh mulai bermunculan setiap tahunnya. Profesi ngereceh dapat ditemui di pinggiran terminal-terminal, menyodorkan setumpuk uang dalam plastik pada penumpang yang hilir mudik.
Lina, termasuk pekerja profesi ini. Ia sudah 4 tahun menjadi penolong bagi orang-orang yang ingin merecehkan uangnya. Biasanya, nominal yang ia siapkan berkisar pada Rp500.000 dalam pecahan uang Rp20.000, Rp200.000 dalam pecahan uang Rp2.000, dan Rp300.000 dalam pecahan uang Rp10.000.
Meski memegang uang banyak, Lina mengaku keuntungan yang ia dapatkan hanya sedikit. Orang-orang yang menukarkan uang umumnya memberi ia upah Rp10.000, tergantung pada keikhlasan penukar.
“Itu pun keuntungannya dibagi dua. Setengah untuk saya, setengah untuk bos saya,” ujarnya, diwawancara di tengah pekerjaannya di Lebak Bulus Jakarta, Rabu (23/7).
Profesi ini tak hanya dilakukan oleh Lina. Lina menyatakan, terdapat 50 orang tukang ngereceh di Terminal Lebak Bulus ini. Seluruhnya berasal dari bos yang sama, pemilik uang yang mempekerjakan mereka.
Meski sudah memasuki hari-hari terakhir Ramadhan, bisnis yang di jalankan di Terminal Lebak Bulus terbilang sepi. Hal ini, kata Lina, karena sejumlah angkutan sudah dipindahkan dari Terminal Lebak Bulus. Sehingga hanya sedikit penumpang yang bertolak di Lebak Bulus.
“Ga seramai tahun lalu,” komentar Lina.