REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak seperti jalanan Jakarta lainnya yang sepi dari kendaraan, jalanan di sekitar Pasar Bunga Rawa Belong justru ramai dan macet. Mobil dan motor berdesakan di gang yang luasnya hanya sekitar dua kendaraan mini van tersebut untuk menuju pusat penjualan bunga di Jakarta tersebut.
Belum mencapai pasar, pedagang berbagai macam bunga sudah menyambut. Aroma wewangian bunga sudah tercium bagi siapapun yang melewati jalan tersebut. Bahkan, jalanan sempit itu bagaikan taman bunga dengan hiasan warna-warninya yang berderet sepanjang sisi jalanan.
Malam itu tepat malam takbiran. Besok umat Islam akan merayakan lebaran, hari raya bagi umat muslim. Untuk menyambutnya tentu semua harus serba indah, mulai dari prilaku hingga tampilannya.
Begitu juga orang-orang yang menyambangi Pasar Bunga Rawa Belong, mereka ingin hari Raya Idul Fitri menjadi hari spesial bagi mereka, semua harus tampak indah, maka sebagian dari mereka mendatangi pasar tersebut untuk memperindah tampilan rumah mereka.
"Buat mendekorasi rumah, supaya kalau ada tamu enak dilihat, dan kelihatan indah," kata salah satu pembeli bunga Ade Yusuf.
Pria yang datang bersama istrinya tersebut mengaku setiap tahun rutin membeli bunga saat Idul Fitri. "Untuk sekarang kami membeli mawar ester, oister," kata sang istri.
Kesempatan Hari Raya ini tentu tak di sia-siakan para pedagang bunga, mereka menaikan harga bunga bahkan hingga tiga kali lipat. "Kita jual sedikit mahal karena memang barangnya terbatas," kata Wawa, salah satu pedagang bunga di Pasar Rawa Belong.
"Tapi kita memang bukan berniat nakal atau. Jahat, tapi memang hukum pasar seperti itu," kata pria 22 tahun tersebut. "Kita bisa saja naik sewaktu-waktu tergantung kondisi."
Wawa mengibaratkan harga bunga sama seperti harga indek saham yang sewaktu-waktu berubah. "Kadang pagi harga masih Rp 12 ribu, sorenya bisa naik hingga Rp 30 ribu," katanya sambil menunjuk Bunga Ester.
Omzet Wawa menjelang Idul Fitri memang diakuinya bisa meningkat dua kali lipat, Ia bisa mendapatkan untung sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta perharinya. Namun hal itu dikatakannya sangat jarang sekali terjadi. "Kalau bukan Idul Fitri kita tak seramai ini, cuma sekarang saja momennya," kata pria yang sudah sepuluh tahun berjualan bunga ttersebut.
Hal senada juga diungkapkan Ade, menurutnya momen ramai seperti ini hanya terjadi saat Imlek dan Idul Fitri saja. Bahkan, hari raya lainnya pembeli tidak seramai saat ini. "Akan ramai lagi seminggu setelah Lebaran biasanya, karena banyak hajatan," kata Pria asal Jakarta itu.
Pria yang sudah menjual bunga sejak empat tahun lalu itu juga mengatakan bahwa tahun ini memang lebih ramai dibanding tahun sebelumnya. "Tapi, keuntungan ini sih buat nutupin hari-hari biasanya," katanya.
"Saya naikin harga karna saya ambil barang dari Malang langsung, kalau hari biasa dikirim lewat kereta tapi karena permintaan mendesak jadi dikirim lewat pesawat, makanya saya naikin," kata penjual mawar tersebut.
Karna hal tersebut, Mawar yang biasa ia jual Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu perbuket yang isinya 20 tangkai, kini dijualnya dengan harga 50 ribu rupiah. "Ya mau giamana lagi, karena pengiriman dan momennya juga," katanya.
Tak jauh berbeda dengan Wawa, pada momen ramai seperti ini pendapatan Ade juga bisa meningkat hingga dua kali lipat. "Dapetlah sekitar dua juta sampai dua setengah, tapi nggak sampe tiga juta," kata pria yang khusus menjual bunga mawar tersebut.