Selasa 12 Aug 2014 06:44 WIB

Kemenkeu: Penerimaan Pajak Capai Rp 548,1 Triliun

Kantor Pelayanan Pajak.NPWP di Cibinong,Bogor
Foto: Republika/Musiron
Kantor Pelayanan Pajak.NPWP di Cibinong,Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan pajak hingga 8 Agustus 2014 telah mencapai Rp 548,1 triliun atau 51,11 persen dari target dalam APBN-Perubahan sebesar Rp 1.072,4 triliun.

Dalam rilis Direktorat Jenderal Pajak yang diterima di Jakarta, Senin (11/8), realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat mencapai Rp 499,8 triliun atau 50,22 persen dari target APBN.

Realisasi penerimaan pajak terdiri atas penerimaan PPh non migas yang tercatat mencapai Rp 275,5 triliun atau 56,7 persen dari target Rp 485,97 triliun dan PPN serta PPnBM yang mencapai Rp 223,9 triliun atau 47,1 persen dari target Rp 475,58 triliun.

Sementara, penerimaan PBB mencapai Rp 1,05 triliun atau 4,8 persen dari target Rp 21,7 triliun, pajak lainnya Rp 2,9 triliun atau 57,3 persen dari target Rp 5,17 triliun dan PPh migas mencapai Rp 44,5 triliun atau 53,04 persen dari target Rp 83,8 triliun.

Pada periode yang sama tahun 2013, realisasi penerimaan PPh non migas mencapai Rp 251,9 triliun, penerimaan PPN serta PPnBM mencapai Rp 201,1 triliun, penerimaan PBB mencapai Rp 1,26 triliun, pajak lainnya Rp 2,9 triliun dan PPh migas mencapai Rp 42,5 triliun.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri menekankan pentingnya ekstensifikasi penerimaan pajak agar tidak hanya terfokus pada sektor-sektor tradisional seperti pertambangan dan komoditas lainnya seperti CPO.

Menurut dia, ekstensifikasi harus dilakukan kepada sektor yang selama ini belum tergali secara optimal, agar target penerimaan pajak akhir tahun dapat tercapai, yaitu pada sektor properti serta sektor keuangan dan jasa.

"Beberapa sektor, perkembangannya atau pertumbuhannya cukup tinggi. Sebagai contoh, sektor properti, sektor keuangan, atau sektor jasa transportasi dan komunikasi. Kita harus menyadari, meskipun sektor-sektor ini mulai digarap, tetapi belum dilakukan secara optimal," kata Menkeu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement