REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore (8/10) melemah 45 poin menjadi Rp 12.247 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.202 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa dolar AS kembali menguat terhadap sebagian besar mata uang utama dunia menjelang dirilisnya hasil pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve) terkait kenaikan suku bunga AS (Fed rate).
"Dari hasil pertemuan the Fed itu, investor akan memprediksi waktu kenaikan suku bunga AS. Jika hasil pertemuan the Fed menunjukkan mengenai waktu spesifik, hal tersebut akan memicu aksi beli dolar AS," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, lembaga dana moneter internasional (IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan global, juga mendorong permintaan aset mata uang "safe haven" meningkat.
Ia menambahkan bahwa potensi pertumbuhan ekonomi AS yang diperkirakan lebih cepat dibandingkan negara-nega di Eropa, Jepang serta Cina yang sedang menunjukan tanda-tanda perlambatan juga menambah faktor bagi mata uang dolar AS diminati investor.
Dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa salah satu faktor yang masih membayangi pertumbuhan ekonomi, yakni infrastruktur serta sistem peraturan yang relatif masih lemah untuk menjamin investasi di pasar keuangan.
"Diharapkan hal itu dapat teratasi sehingga akan mendorong pertumbuhan," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu (8/10) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp 12.241 dibanding posisi sebelumnya di posisi Rp 12.190 per dolar AS.