Ksatria perang tomat pada Hanjat Kampung dan Perang Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/11). (Republika/Edi Yusuf)
Pertempuran sengit pada Hanjat Kampung dan Perang Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/11). (Republika/Edi Yusuf)
Bersiap menunggu saat pertempuran pada Hanjat Kampung dan Perang Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/11). (Republika/Edi Yusuf)
Persiapan tomat yang tidak layak jual atau busuk pada Hanjat Kampung dan Perang Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/11). (Republika/Edi Yusuf)
Persiapan untuk makan bersama pada Hanjat Kampung dan Perang Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/11). (Republika/Edi Yusuf)
Para mojang membawa peralatan tempur pada Hanjat Kampung dan Perang Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/11). (Republika/Edi Yusuf)
Saling bermaafan usai perang pada Hanjat Kampung dan Perang Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/11). (Republika/Edi Yusuf)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Acara tahunan perang tomat busuk atau tomat sisa-sisa yang tidak layak di jual kembali di gelar pada acara "Hajat Lembur dan Perang Tomat" di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/11).
Kegiatan tersebut merupakan acara selamatan kampung sekaligus syukuran panen yang juga ajang untuk mempererat silaturahim antar warga. Tomat yang dipergunakan dalam acara tersebut adalah tomat sisa atau busuk, setelah hancur kemudian dibuat pupuk kompos.
Advertisement