Ahad 21 Dec 2014 05:00 WIB

Ode untuk Ibu

Ustaz Erick Yusuf dalam acara We Talk.
Foto: Dok Pri
Ustaz Erick Yusuf dalam acara We Talk.

Erick yusuf

Pimpinan lembaga dakwah kreatif iHAQi

Twitter: @erickyusuf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aku tahu bahkan ode ini tidak bisa membalas apa-apa yang telah Ibu berikan padaku. Doa-doa yang kumohonkan pada Allah pun tak bisa menandingi lidahmu yang tak pernah kering berdoa untukku, walaupun betapa bengalnya aku tapi tak pernah putus harap engkau memohon pada Allah.

Apapun yang pernah kuberikan pada ibu tak akan pernah bisa impas, karena “bahkan dua buah gunung emas yang kita berikan belumlah dapat membalas kebaikan ibu”. Dimensi Rahim/kasih sayang sangatlah luas. Betapa kasih sayang ibu tidaklah kita dapat membalasnya. Sebagaimana hadist tentang seorang ibu yang digendong ketika berthawaf, lelaki itu menggendong kemanapun si ibu mau. kemudian lelaki yang menggendongnya bertanya kepada sahabat Umar, lalu lalu apa jawab Abdullah bin Umar RA, "Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu"

Entah femeo atau satir, atau hanya guyonan belaka namun terasa sangat nyata ketika ibu dapat mengurusi dengan sangat baik keseluruhan anaknya semisal delapan sekalipun, namun kedelapan anaknya walaupun bersama tidak dapat sebanding mengurusi ibunya yang satu. Kasih ibu lah yang membelajari aku tentang keikhlasan, karena kasih ibu seperti matahari yang bersinar. Selalu memberi dan tak harap untuk kembali. Itulah esensi dari keikhlasan. Murni tanpa embel-embel.

Seringkali kupentingkan manusia-manusia lain selain ibu, sekan aku melupakan hadist Rosul yg menyatakan ; Siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? “Ibumu”, jawab Nabi. “Kemudian siapa?” “Ibumu”. “Lalu?”, “Ibumu”, baru kemudian Bapakmu dan keluarga terdekat yang lain”, tegas Nabi. (HR Bukhari dan Muslim).

Tadinya aku sangat tidak setuju dengan hari ibu, karena seakan-akan mengingat ibu hanya berlangsung satu hari dalam setahun. Namun bukan itu esensinya, karena malam ini, dimalam hari ibu ini aku tertunduk malu. Pada diriku, pada ibuku, pada Allah. Karena ternyata aku sering melupakan ibu, juga melupakan Allah. Astaghfirulloh. Semoga seluruh ibu dimuliakan setiap hari oleh anak-anaknya sebagaimana Allah memuliakan seorang ibu setiap saat. Dalam hadist Qudsi, Abdurrahman bin auf RA berkata, ia mendengar dari Rasullulloh SAW, “Allah pernah mengatakan, ‘Aku adalah Allah, dan Aku adalah Arrahman (Maha Pengasih), Akulah Yang Menciptakan rahim (ibu), dan Aku ambilkan sebutannya dari NamaKU (Arrahim = Maha Penyayang), barang siapa yang menyambungkannya, maka Aku akan menyambungkan (diriKU) dengannya. Tapi bagi yang memutuskannya maka Aku pun akan memutuskan (diriKU) dengannya.” (HR Turmudzi).

“Dua dosa besar yang Allah segerakan azabnya di dunia, yaitu berbuat zalim dan durhaka kepada orang tua.” (HR Hakim). Ibu aku berupaya agar tergolong menjadi anak yang sholeh agar selalu dapat bersimpuh memohon maaf, menebarkan doa dan kasih sayang ; “Allahummaghfir li-waalidaiyya, war-hamhumaa kamaa robbayaani shoghiro”. Ya Allah, ampunilah kedua orang tuaku dan kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka mengasihiku sewaktu kecil. Aamiin. Tulisan ini kupersembahkan untuk ibuku Mico yang kusayangi, dan tentunya seluruh ibu-ibu didunia.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement