REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange naik pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena ekuitas AS lebih lemah sekalipun dolar AS terus menguat dengan indeks mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari delapan tahun.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari, naik 2,1 dolar AS, atau 0,18 persen, menjadi menetap di 1.186,20 dolar AS per ounce.
Emas naik setelah Institute for Supply Management (ISM) yang berbasis di AS merilis data lebih buruk dari perkiraan untuk indeks manufaktur, yang mengukur arah umum produksi di perusahaan manufaktur. Indeks komposit turun 3,2 poin menjadi 55,5, yang para analis katakan pertumbuhan bulanan paling lambat dalam enam bulan.
Sementara pesanan baru turun menjadi 57,3 dari 66,0 pada November. Laporan ini memberikan tekanan pada pasar ekuitas AS, mendorong investor terhadap "safe haven" emas.
Selain itu, sebuah laporan yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan pengeluaran konstruksi jatuh 0,3 persen lebih buruk dari yang diperkirakan pada November, setelah kenaikan 1,2 persen pada Oktober. Ini adalah faktor lain yang menekan ekuitas AS, yang pada gilirannya memberi dukungan pada logam mulia.
Meskipun ekuitas AS melemah, kenaikan emas dibatasi oleh dolar AS yang lebih kuat dari perkiraan, mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari delapan tahun.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah.
Perak untuk pengiriman Maret naik 16,9 sen, atau 1,08 persen, menjadi ditutup pada 15,768 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April kehilangan 5,6 dolar AS, atau 0,46 persen, menjadi ditutup pada 1.203,90 dolar AS per ounce.