REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di momen panen raya 2015, Badan Urusan Logistik (Bulog) telah melakukan penyerapan beras petani sebanyak 400 ribu ton per April. Proses penyerapan akan terus dilakukan hingga tercapai target sebanyak 2,75 ribu ton hingga akhir tahun.
Penyerapan tersebut merupakan amanat dari pemerintah kepada Bulog guna menjaga agar harga beras dan gabah petani tidak jatuh, sekaligus menjaga pasokan beras nasional agar harganya di pasaran terkendali.
"Sampai saat ini penyerapan masih terus dilakukan di masing-masing divisi regional Bulog masing-masing daerah se-Indonesia," kata Direktur Pelayanan Publik Bulog Lely Pelitasari kepada Republika, Ahad (26/4).
Strateginya, teman-teman Bulog di daerah bekerja sama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) serta mitra lainnya untuk memudahkan proses pembelian dan penyimpanan beras.
Menyiasati kawasan pertanian yang jauh dari gudang Bulog, kata Lely, penyerapan beras dilakukan dengan pembukaan gudang jarak jauh di mana beras Bulog disimpan di gudang dekat penggilingan.
"Karena ada beberapa daerah yang jarak antara penggilingan petani dengan gudang kita jauh, kalau mereka ngangkut ke gudang kita ongkosnya mahal, jadi dibuka gudang baru dekat penggilingan," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mewanti-wanti agar distribusi beras segera dibenahi. Dalam pantauannya pada pertengahan April di 10 kabupaten di Jawa Tengah dan empat kabupaten di Jawa Timur, masih ditemukan petani yang menjual beras di bawah HPP. Itu artinya, ada indikasi kalau beras tersebut tidak diserap Bulog melainkan oleh tengkulak.
"Makanya solusinya sederhana, beras harus benar-benar diserap oleh Bulog, amanat Presiden, dalam panen raya ini Bulog harus menyerap hingga 4,5 juta ton," kata Mentan.
Disebutkannya, panen raya beras pada Maret 2015 yakni sebanyak 2,4 Juta ton sementara di April hingga saat ini jumlahnya mencapai 1,9 Juta ton. Dari jumlah produksi tersebut, Bulog harus sigap melakukan penyerapan agar tugas tersebut tidak diambil alih tengkulak.
Ia pun menyinggung soal teknis distribusi yang tak lantas membuat keuntungan untuk petani, spesifiknya dari segi harga. Pantauannya pula per hari ini, harga gabah petani berada di kisaran Rp 3.500. Jika digiling menjadi beras, maka per kilo harganya Rp 5 ribu. "Kalau ngambil untung 30 persen, harganya Rp 7.200," katanya.
Maka, jika harga di kota Rp 10 ribu, kata dia, maka ada seratus persen margin yang dinikmati oleh yang orang yang tak terbakar matahari dan lumpur sawah alias dinikmati non petani. Makanya, pemasaran pun mestinya dibenahi dengan melibatkan Kementerian Perdagangan.