REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia melonjak pada Jumat (Sabtu (30/9) pagi WIB), menyusul tanda-tanda pengetatan lebih lanjut di AS dan setelah serangan mematikan pada kaum Syiah yang diklaim oleh Negara Islam di jantung industri minyak Arab Saudi.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, naik 2,62 dolar AS menjadi ditutup pada 60,30 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Di London, patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli, melonjak 2,98 dolar AS menjadi menetap di 65,56 dolar AS per barel.
Serangan bom bunuh diri kedua dalam seminggu terakhir di sebuah masjid Syiah Saudi di Provinsi Timur negara kaya minyak itu membantu memicu kenaikan harga minyak.
Serangan, yang menewaskan sedikitnya tiga orang, berlangsung di Dammam, hanya beberapa kilometer dari markas Aramco, perusahaan minyak milik negara Saudi, serta terminal dan kilang minyak penting Ras Tanura.
Harga minyak AS juga didukung oleh penurunan dalam hitungan rig Baker Hughes AS, yang menunjukkan industri minyak AS masih mengurangi aktivitas mereka. Jumlah rig pengeboran minyak AS yang beroperasi turun 13 rig menjadi 646 rig. Setahun yang lalu, jumlah rig yang beroperasi mencapai 1.536 rig.
Itu dikombinasikan dengan penurunan stok AS pada Rabu menunjukkan persediaan yang lebih ketat di masa mendatang. "Ada beberapa harapan dan beberapa kecemasan bahwa jumlah rig bisa keluar sebagai angka positif hari ini," kata Bob Yawger dari Mizuho Securities.
"Sebaliknya itu (jumlah rig) turun 13. Kami belum melihat jumlah yang besar dalam beberapa minggu," kata dia.