REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan adanya peningkatan realisasi investasi dari investor Jepang dengan meminimalkan hambatan yang ada. Salah satu upaya yang dilakukan BKPM adalah menggelar dialog dengan investor Jepang, khususnya terkait segala kesempatan investasi yang terbuka.
Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis menjelaskan, dialog tersebut untuk mengetahui kendala yang dihadapi, sekaligus menentukan langkah pemerintah untuk mengatasi kendala tersebut. “Dialog ini bertujuan untuk mengetahui kendala apa saja yang sedang dihadapi oleh investor Jepang dan apa yang bisa dilakukan pemerintah agar rencana investasi yang sudah ada persetujuannya bisa direalisasikan,” ujar Azhar, Selasa (2/6).
Azhar menambahkan, realisasi investasi diperlukan untuk mendukung upaya pemerintah menggerakkan perekonomian sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut data BKPM, pada kuartal pertama 2015 investasi Jepang duduk di peringkat 2 dengan nilai 1,2 miliar dolar AS yang terdiri dari sektor primer 40,4 juta dolar AS, sektor sekunder 699,9 juta dolar AS, dan sektor tersier 467,3 juta dolar AS.
Dari nilai tersebut nilai realisasi investasi baru sebesar 771,4 juta dolar AS dan perluasan investasi sebesar 436,2 juta dolar AS. Azhar melanjutkan, dari hasil pertemuan dengan investor Jepang, ada tiga hal utama yang dikeluhkan oleh mereka terutama pembebasan lahan, impor bahan baku, dan penggunaan tenaga kerja asing.
Menurutnya, BKPM juga akan menggelar dialog serupa dengan investor negara lainnya, yaitu Taiwan dan Korea Selatan. Guna meningkatkan realisasi investasi dari negara dan sektor dengan rencana investasi tinggi, menurut Azhar, BKPM menyediakan Marketing Officer untuk mendampingi proses investasi dari mulai mengajukan perizinan sampai realisasi.
Adapun sektor tertentu yang dilakukan pendampingan oleh MO tersebut hanya untuk sektor strategis seperti industri pengolahan, industri hilirisasi (mineral, AnD pertanian), pembangkit listrik, infrastruktur, industri padat karya, industri ekspor industri subtitusi impor.
“Investor dengan nilai tinggi dari negara Jepang, Korsel, RRT, Taiwan, Inggris, Singapur, Australia, dan Middle East akan ada tim khusus yaitu Marketing Officer yang akan terus mendampingi investor sampai proses realisasi. Tidak ada realisasi maka tidak ada penyerapan tenaga kerja, tidak ada penambahan produksi barang dan jasa, tidak bisa menggerakkan perekonomian.” ujar Azhar.