Berpuasa Tanpa Maksiat

Rep: C38/ Red: Indah Wulandari

Senin 08 Jun 2015 07:26 WIB

Inti puasa shumt adalah menahan diri untuk tidak banyak berkata atau tidak berbicara dengan orang lain. Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca Inti puasa shumt adalah menahan diri untuk tidak banyak berkata atau tidak berbicara dengan orang lain.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan tinggal menghitung hari. Setiap Muslim tentu ingin meraih predikat ketakwaan ‘la ‘allakum tattaqun’ selepas Ramadhan. Lantas, apa yang perlu kita persiapkan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan?

Ustadz Abu Yahya Badrussalam Lc dalam kajian akhir pekan di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jumat (5/6) menjelaskan, setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan menjelang Ramadhan.

Pertama, persiapan hati dan keimanan. Jelang Ramadhan, kita bersihkan hati dari maksiat karena maksiat melemahkan hati dan menjadikan hati berat dalam menaati Allah.

Ketika hati banyak maksiat, berat rasanya kita untuk berpuasa. Mungkin saja kita bisa berpuasa, tapi akan sulit untuk meraih kesempurnaan puasa. Ada orang yang berpuasa, tapi tetap berdusta, tak urung melakukan maksiat, tidak lepas dari perbuatan yang tidak bermanfaat.

Abu Yahya pun menyampaikan hakikat berpuasa. Dalam HR. Bukhari Muslim, Rasululullah bersabda, “Puasa itu bukan sebatas menahan diri dari makan dan dahaga, akan tetapi hakikat puasa itu menahan diri dari perbuatan atau ucapan yang tidak bermanfaat.”

Jikalau umat saja diminta untuk meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat, apalagi perbuatan yang dilarang, seperti kemaksiatan.

Dalam HR Abu Dawud, Rasulullah juga bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, maka Allah tidak membutuhkan puasanya.” Tidaklah mungkin seorang hamba meraih kesempurnaan puasa, sementara ia masih melakukan perbuatan dusta, ghibah, dan kemaksiatan lainnya.

Orang-orang yang demikian itu, pada hakikatnya dia belum berpuasa.

Sucikan hati, itulah hal pertama yang harus kita persiapkan menjelang Ramadhan. Kita tentu ingat peristiwa Isra’ Mi’raj, ketika Rasul terlebih dahulu dibersihkan hatinya sebelum naik mi’raj.

Itu menjadi pertanda alangkah pentingnya kesucian hati ketika kita hendak menyambut hadirnya Allah, termasuk di hari-hari Ramadhan.

Terpopuler