REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah menyucikan hati, ada hal tidak kalah penting yang perlu kita persiapkan jelang Ramadhan. Yakni, membiasakan ketaatan.
Ustadz Abu Yahya Badrussalam Lc menjelaskan, kita perlu melatih tubuh untuk berpuasa melalui puasa sunnah di bulan Sya’ban, meningkatkan tilawah Alquran, menjaga shalat malam, memperbanyak sedekah, serta bentuk-bentuk ketaatan lain.
Aisyah r.a. berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunnah melebihi (puasa sunnah) di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kesaksian serupa juga dituturkan oleh Ummu Salamah, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad)
Mengapa Rasul memperbanyak puasa di bulan Sya’ban? Para ulama sepakat, selain menunjukkan keutamaan puasa di bulan Sya’ban, Rasulullah juga hendak melakukan persiapan untuk menyambut bulan Ramadhan.
Jiwa manusia senantiasa menyuruh pada kemaksiatan, maka ketaatan ini harus kita biasakan. Agar jiwa merasa ringan saat melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan.
Mulai sekarang, ujar Ustadz Abu Yahya, ukur kemampuan kita. Apakah kita akan seperti Imam Syafi’i yang setiap hari mengkhatamkan Alquran? Ataukah kita memiliki target-target sendiri?
Kalau kita ingin mengkhatamkan Alquran dua kali selama Ramadhan misalnya, mulai sekarang kita biasakan membaca lebih dari satu juz perhari. Agar kita lebih ringan melaksanakan shalat tarawih, rutinkan qiyamul lail. Begitu pula amalan-amalan yang lain.
Ketaatan tidak datang tiba-tiba. Jiwa membutuhkan pembiasaan sejak awal.