REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah menyucikan hati, membiasakan ketaatan, dan mengetahui fikih puasa, mintalah kepada Allah supaya diberi kemudahan untuk menjalankan beribadah.
Ustadz Abu Yahya menjelaskan, itulah hikmah Iyya kana’ budu wa iyya kanasta’in yang setiap hari kita lafadzkan. Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.
Karena ibadah itu berat, jelas Syeikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin ketika menafsirkan ayat ini, kita minta Allah untuk memudahkan. Sesungguhnya, tiada daya dan pertolongan, kecuali dari Allah.
Ada orang yang berat untuk menunaikan shalat tarawih, padahal pahala orang yang shalat tarawih sama dengan shalat semalam suntuk. Ada pula orang yang buka puasa seperti balas dendam terhadap segala jenis makanan yang tidak bisa dia makan saat siang, sementara Rasulullah tidak mencontohkan demikian.
Maka, kita perlu meminta kepada Allah untuk mempermudah ibadah kami. Tanpa pertolongan Allah, ibadah-ibadah di bulan Ramadhan pun bisa jadi akan terasa berat dan sulit.
Rasulullah pernah mengajarkan sebuah doa nan agung kepada Mu’adz bin Jabal, “Wahai Mu’adz. Sesungguhnya aku mencintaimu. Janganlah engkau tinggalkan doa ini, “Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan beribadah kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad)