REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inspektur Jenderal Kementerian Agama, Muhammad Jasin menilai menghormati mereka yang berpuasa dapat dilakukan dengan banyak cara. Misalnya, tidak makan di sembarang tempat sewaktu jam puasa.
Pada malam hari, bentuk toleransi yang dilakukan tidak menyetel musik keras-keras sehingga membuat lingkungan gaduh. Misalnya, berpesta-pesta dan karaokean di lingkungan, padahal umat islam sedang melakukan ibadah salat tarawih.
“Tahan sedikitlah, tapi kalau di ruangan sendiri dan kedap suara itu tidak masalah,” ujar Jasin, Jumat (12/6).
Menurut dia, dua contoh itu merupakan bentuk toleransi yang menjadi dasar hubungan antar pemeluk agama. Tentu umat Islam juga akan melakukan hal yang sama, pada saat agama lain merayakan acara keagamaannya.
Misalnya momentum natal, Islam perlu melakukan toleransi dengan menghormati agama Kristen, begitu juga saat perayaan-perayaan agama lain. Maka pendapat pribadi Jasin mengatakan pada konteks ini adalah bulan Ramadhan, jadi yang perlu melakukan toleransi adalah mereka yang tidak sedang beribadah puasa
“Ini kan momentumnya puasa, mayoritas muslim Indonesia berpuasa, maka mereka yang tidak puasa yang menaruh toleransi. Jadi kita harus tahu momentumnya dulu,”ujar Jasin.
Intinya, dalam pandangan Jasin haruslah bisa untuk saling menghargai agama-agama yang sedang melaksanakan momentumnya. Maka itu akan lebih harmonis dan bertujuan untuk kerukunan antar umat beragama.