REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt Ketua Bidang Pendidikan Majelis Ulama Indonesia, Anwar Abbas mengaku heran dengan pola konsumsi umat Islam selama Ramadhan. Menurutnya, selama Ramadhan seharusnya pola konsumsi berkurang. Nyatanya, justru meningkat.
"Semestinya tingkat konsumsi umat Islam di bulan puasa menurun 33 persen. Sebab pada saat Ramadhan makan tiga kali sehari berkurang menjadi dua kali," ata dia, Senin (15/6)..
"Tapi anehnya tingkat konsumsi umat islam meningkat di bulan puasa. Ini merupakan indikasi bahwa kemampuan umat Islam untuk mengendalikan hawa nafsunya masih lemah,"ungkap Anwar yang juga Bendahara PP Muhammadiyah.
Sehubungan dengan konsumtif, Anwar menjelaskan, itu akan mengakibat permintaan terhadap barang dan jasa meningkat tajam. Pasar tidak dapat memenuhinya sesuai dengan tingkat permintaan yang ada maka harga-harga menjadi naik dan inflasi meningkat.
Sehingga kondisi demikian tentunya akan menjadi problem bagi perekonomian nasional.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah hendaknya benar-benar menjaga tingkat suply dari barang dan jasa. Hal itu agar harga-harga tidak naik dengan tajam sehingga akan sangat memukul kehidupan rakyat kecil.
Anwar menambahkan, memang tingkat penerimaan sebagian anggota masyarakat akan meningkat kerena di dukung adanya Tunjangan Hari Raya (THR). Artinya, daya beli sebagian masyarakat meningkat. Untuk Itu, MUI menghimbau masyarakat untuk mengusahakan untuk melakukan penghematan 20 sampai 30 persen dari pendapatannya.
"Saving itu agar negara dapat menekan tingkat inflasi sehingga kesejahteraan rakyat bisa meningkat," ujar Pengamat Dunia Islam UIN Jakarta itu.