REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan sudah sampai di depan pintu, umat Muslim pun bersiap menyambutnya dengan menjalankan puasa sesuai tuntunan Surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi “Hai orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa seperti telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”.
Namun, keraguan menjalankan puasa kerap muncul bagi seseorang yang memiliki penyakit maag. Muncul anggapan kalau puasa malah akan membuat penyakit maag semakin parah. Pasalnya puasa membuat Muslim Indonesia tidak makan dan minum selama sekitar 12 jam hingga ditakutkan bisa menyebabkan maag.
Tapi anggapan itu terbantahkan oleh DR. Dr. Ari F. Syam SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP. "Orang sakit maag harus puasa karena 70 persen orang mag secara pemeriksaan dengan endoskopi tidak ada kelainan apa-apa,” kata konsultan penyakit lambung dan pencernaan tersebut.
Menurutnya, penyakit maag atau secara medis disebut dispepsia ini bisa dibagi menjadi dua kategori yaitu mag fungsional dan organik. Maag fungsional merupakan jenis maag paling umum yang diakibatkan pola makanan dan stress.
Sedangkan maag organik terjadi karena kelainan secara anatomi, misalnya luka dalam atau luka lecet pada kerongkongan, lambung atau usus dua belas jari, polip pada kerongkongan, lambung atau usus dua belas jari serta kanker pada organ pencernaan tersebut.
Memang diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan endoskopi (teropong saluran pencernaan atas) untuk mengetahui secara pasti jenis maag mana yang diderita. Tapi indikasi maag organik lebih parah dari maag fungsional sehingga bisa dikenali dengan mudah.