REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Munggah dalam bahasa Sunda berarti naik. Namun, kata tersebut bermakna menaikan keimanan.
Di Bogor, munggah merupakan tradisi berkumpul bersama keluarga di hari pertama Ramadhan. "Saya ngerayakan munggahan, karena tradisi," ujar Budayawan Sunda, Abah Dadang kepada ROL, Selasa (16/6).
Munggah berbeda dengan cucurak, walaupun sama-sama berkumpul bersama. Bedanya, cucurak adalah kegiatan yang dilakukan sehari sebelum acara munggah. Sementara, munggah itu dilakukan setelah tarawih pertama.
"Semua keluarga besar berkumpul, akan serasa lebih indah," ucapnya.
Dibandingkan dengan teman, Munggah lebih diutamakan keluarga. Kalau di rumah makan sendiri bisa saja namun kurang bermakna. Abah mengutarakan bahwa ia lebih senang munggah di rumah dibanding restoran.
Ia menjelaskan masalah makanan tidak terlalu menjadi soal. Sama saja, tergantung masing-masing orang, mau ikan ataupun ayam.
Sebelum acara munggah dilakukan, ia mengingat sewaktu kecil selalu berbesih, seperti mandi dan keramas. Selain itu menjaga segala macam gal yang menguatkan puasa seperti fisik atau lainnya. "Kalau kecil saya suka mandi di Cisadane, siang sebelum teraweh pertama," katanya.
Abah mengatakan, sebagian besar masyarakat Bogor di hari pertama sering menyediakan lauk-pauk ayam, baik di goreng atau di bakar. Namun kalau opor, hanya ketika lebaran. "Biasanya hari pertama setelah teraweh penuh, itu bisa disebut munggahan juga," tandasnya.