REPUBLIKA.CO.ID, ALKHOBAR -- Tidak mudah menjalani puasa di negeri orang. Ini yang dialami mahasiswa Arab Saudi di Arab Saudi.
Dalal Al-Harbi, seorang mahasiswa dari Alkhobar yang tengah belajar di Colorado di Amerika Serikat misalnya. Ia tak merasakan lantunan ayat-ayat suci Alquran di sana. Bahkan ia tak pernah mendengar suara Adzan.
“Saya harus melonhggarkan kerinduan saya dengan mencoba menikmati bagaimana berpuasa di sini,” kata Dalal dikutip dari Arab News, Senin (22/6).
Pengalaman lain, Mazen Al-Ahadi, seorang penerima beasiswa di Montana AS. Di kota tempatnya berkuliah, Mazen mengeluhkan berpuasa yang lamanya mencapai 19 jam sehari. Selain puasa dengan durasi yang lama, dirinya juga disibukkan dengan aktivitas akademik seperti kuliah, mengerjakan tugas dan ujian sehingga menyulitkannya untuk mempersiapkan ibadah puasa dengan baik.
Ia juga mengeluhkan susahnya memperoleh makanan untuk berbuka puasa. "Saya ingin bersama keluarga saya di Arab Saudi selama bulan Ramadhan. Tantangan terbesar yang saya hadapi di sini adalah waktu yang lama puasa dan intensif jam sekolah, ujian dan tugas, di samping pilihan makanan yang langka," ujar dia.
Hal yang dikeluhkan mahasiswa Arab Saudi di Amerika Serikat adalah keterbatasan masjid untuk mereka melaksanakan ibadah Shalat Tarawih. Untuk memenuhi kekurangan ini, beberapa mahasiswa ada yang sengaja menyewa ruangan hotel selama satu bulan untuk dijadikan sarana mereka melakukan ibadah.
Meski demikian, tetap ada sisi positif yang dapat diambil oleh mahasiswa Arab di AS. Eiad Makki salah satu mahasiswa pascasarjana di AS mengatakan ia bersama teman-temannya dapat menggalakkan kegiatan untuk memperkuat hubungan sesama pemeluk Muslim yang ada di Amerika Serikat.
Setidaknya, kata dia untuk membina komunitas mahasiswa Muslim asal arab Saudi. Baginya berkumpul bersama dan menjalani susah senang menjalani Ramadhan di perantauan menjadi kebahagiaan tersendiri sambil mengobati kerinduan dengan keluarga di kampung halaman.