REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS, Barack Obama menjadi tuan rumah makan malam Iftar pada Senin (22/6) malam di Gedung Putih. Iftar dilakukan sebagai salah satu penghormatan umat Islam yang sedang menjalani puasa di bulan Ramadhan.
Tradisi Iftar makan malam dimulai oleh Presiden Bill Clinton dan dilanjutkan oleh Presiden George W. Bush, dengan mengundang hampir seluruh korps diplomatik mewakili dunia Islam serta beberapa pemuda Muslim Amerika. Ada sekitar 150 tamu, termasuk beberapa anggota Kongres.
Dalam kesempatan tersebut, Obama mengatakan, dengan berpuasa mengingatkan kebebasan yang mengikat sebagai warga Amerika, termasuk kebebasan beragama, di mana beragama merupakan hak asasi manusia dan tidak bisa diganggu gugat.
"Ini adalah waktu pembaruan spiritual dan pengingat tugas seseorang untuk sesama manusia untuk melayani satu sama lain dan mengangkat mereka yang kurang beruntung," kata Obama dilansir dari Washington Post, Selasa (23/6).
Obama menyampaikan pesan perdamaian, di mana sampai saat ini konflik di Timur Tengah masih terus terjadi, terutama serangan para pejuang Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS). Begitu pun untuk serangan udara Koalisi Arab Saudi kepada kelompok pemberontak Houthi di Yaman, serta serangan Taliban baru-baru ini ke gedung parlemen Afghanistan.
Selain itu, Obama juga membahas terkait toleransi di Amerika Serikat untuk tujuan luar negeri Amerika. "Ini adalah kebebasan dan cita-cita, dan nilai-nilai yang kita junjung tinggi," katanya.
Obama menekankan, saat ini, banyak kelompok yang berusaha untuk memecah belah perdamaian dunia dengan membawa agama, ras, atau sekte. Sebanyak 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa sejak Kamis (18/6). Namun, masih banyak pula di antaranya sedang berjuang dengan perang, terorisme, dan tantangan ekonomi.