REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan menyimpan banyak momen bagi setiap Muslim. Saat-saat semacam itu, harusnya dimanfaatkan untuk mengokohkan solidaritas dan kesatuan umat Islam.
“Saat Ramadhan, banyak orang berkumpul bersama-sama di masjid atau mushola. Paling tidak, ada kesempatan untuk berkumpul dan bertemu,” kata Prof. M. Machasin, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama kepada ROL, belum lama ini.
Umat Islam dewasa ini telah terpecah-pecah ke dalam berbagai golongan atau aliran. Menurut Machasin, lewat pertemuan-pertemuan itu sesama Muslim bisa mendekatkan hati. Saat-saat istimewa itu bisa didapat lewat momentum buka puasa, tarawih, atau ceramah subuh.
Ia menjelaskan, aliran-aliran yang ada di tubuh umat Islam sebenarnya bukan satu permasalahan, selama tidak dikultuskan. Perbedaan aliran merupakan sesuatu yang lumrah lantaran perbedaan pemahaman.
“Karakter, aspirasi, dan lingkungan mempengaruhi pemahaman orang terhadap agama. Aliran itu tidak masalah. Tetapi harus dipahami sebagai sarana, bukan dikultuskan menjadi tujuan,” kata Machasin.
Ia mencontohkan, orang yang lahir dari kalangan pesantren cenderung memilih bergabung dengan orang-orang yang beraliran pesantren (sesama santri). Sama halnya, Muslim yang terdidik lewat sekolah, tentu akan lebih nyaman bergabung dengan kelompok dari latar belakang yang sama.
Menurutnya, aliran akan menjadi bermakna bagi Islam secara keseluruhan ketika digunakan untuk membesarkan nama Islam. Jika aliran sudah dipuja sedemikian rupa melebihi Islam itu sendiri, yang terjadi adalah bencana. Aliran tidak perlu dikultuskan, juga tidak perlu dipertentangan dengan aliran yang lain. Setiap kelompok umat islam harus saling menghargai dan memahami.