Muliakan Tamu

Rep: c30/ Red: Agung Sasongko

Jumat 26 Jun 2015 17:02 WIB

Rasulullah adalah teladan dalam segala hal. Foto: 4shared.com Rasulullah adalah teladan dalam segala hal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Suatu hari, Nabi Muhammad SAW sedang berbincang-bincang dan berdiskusi dengan para sahabatnya di rumah Rasulullah SAW. Tak berapa lama, terdengar uluk salam dari balik pintu rumah Rasulullah SAW.

“Assalamu’alaikum Warohmatullahi wa Barokaatuh,” sapa seorang tamu. “Wa’alaikum Salam Warohmatullahi wa Barokaatuh,” jawab Rasulullah SAW

Dari penampilannya, Rasulullah SAW melihat tamunya sedang mengalami kesulitan. Segera Rasulullah SAW mempersilahkan tamunya itu masuk ke dalam rumahnya. “Sesungguhnya, saya sedang dalam kesempitan, ya Rasulullah. Tak ada sesuartu apapun yang saya punyai saat ini,” jalas tamu itu.

Ketika tamu tersebut duduk, segera Rasulullah SAW menemui istrinya. Kepada istrinya dikatakan, bahwa beliau kedatangan tamu yang dalam kesusahan. Namun, istri Rosulullah SAW kemudian mengatakan, “Kita sendiri hanya punya air putih yang bisa disajikan,”

Mendengar penjelassan istrinya, Rasulullah SAW nampak murung sejenak karena telah kehilangan kesempatan untuk membuat senang tamunya yang dalam kesulitan tersebut. Kemudian Rasulullah SAW menuju para sahabatnya, seraya berkata “Siapa di antara kalian yang bersedia menjamu tamu malam ini? Sesungguhnya ia akan memperoleh rahmat dari Allah SWT,”

“Saya ya Rasulullah. Biarkan tamu itu menginap di rumahku,” kata seorang sahabat Rosulullah dari kaum Anshor menawarkan diri.

Akhirnya tamu itu dibawa ke rumah sahabat Rasulullah SAW. Sesampainya di rumah, sahabat Anshor tersebut menjelaskan perihal tamu yang dibawanya, “Ya Istriku,. Tadi aku menyanggupi tawaran Rasulullah untuk menjamu tamu itu yang sedang dalam kesulitan malam ini. Adakah makanan yang dapat kita berikan pada tamu kita itu?”

“Wahai suamiku, sungguh yang kita punya hanya nasi yang cukup untuk makan anak kita saja. Kalau disajikan, anak kita tidak makan malam ini,” ujar istri sohabat

“Kalau begitu, bujuklah anak kita untuk tidur lebih cepat supaya dia tidak merasa lapar,”

“Tapi, nasi itu hanya cukup untuk satu orang saja,”

“Ya sudah. Begini saja, nanti saat kau hendak sandingkan hidangan, tidak sengaja kau memadamkan lilin. Jadi, nanti aku akan menemaninya sambil pura-pura makan juga. Barulah, saat acara makan selesai kau usahakan sudah menghidupkan lilin kembali,” kata Sahabat Anshor tersebut.

“Baiklah suamiku, akan kulakukan seperti yang kau katakan itu,”

Maka semua berjalan sesuai dengan rencana. Tamu tersebut dapat disambut dengan baik dan saat esok hari orang Anshor tersebut bertemu Rasulullah tanpa sepatah kata, Rasulullah sudah memberikan senyumnya, seraa berkata “Aku benar-benar kagum pada usaha kalian berdua menjamu tamu dengan baik,”

Ini memang anjuran Nabi Muhammad SAW dalam memuliahkan tamu. “Barang siapa yang beriman pada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliahkan tamunya.” (HR. Bukhori).

Selain menganjurkan untuk memuliahkan tamu, Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk mempercepat memberikan hidangan. Kemudian pada saat memberikan hidangan, hendaklah datang dengan wajah yang berseri, menunjukkan tuan rumah senang terhadap kehadiran tamu tersebut.

Lalu, ajaklah tamu tersebut berbincang-bincang hal yang menggembirakan, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, tidak tidur sebelum mereka tidur, dan pada saat mereka pamit untuk pulang, maka hendaklah merasa kehilangan.

Rasulullah SAW mengatakan untuk menjamu waktunya adalah tiga hari. Pada hari pertama, ialah memuliakan tamu tersebut, menjamunya sebaik mungkin, dan semampunya. Maka tidak halal bila kemudian seorang Muslim tinggal pada tempat saudaranya, kemudian menyakitinya.

Lalu seorang sahabat menanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?”

Rasulullah SAW menjawab, “Apabila tamu tersebut bersamanya, sedangkan ia tidak memiliki apa-apa untuk menjamunya.”

Subhanallah, itulah mengapa Rosulullah SAW saat tidak memiliki apa-apa untuk disajikan, lantas menawarkan pada para sahabatnya barang siapa yang bisa menjamu tamu yang datang ke rumahnya itu.

Allah juga menjelaskan pada Rosulullah SAW melalui firmannya. “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Nabi Ibrahim (para malaikat) yang dmuliakan? (ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan salam, Nabi Ibrahim menjawab: salamun, (kalian) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi yang gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Nabi Ibrahim berkata: Silahkan kalian makan…”(QS. Adz-Dzariyat : 24-27)

Sumber:  Syafawi Ahmad, Penerbit Adibintang

 

Terpopuler