REPUBLIKA.CO.ID, Anak-anak memang harus dilatih berpuasa seawal mungkin. Tapi latihan puasa bagi anak-anak tentu tidak seperti puasa pada orang dewasa. Cara mengajarkan puasa pada anak harus dengan pendekatan, sebab kekuatan anak-anak tentu berbeda dengan orang yang sudah dewasa.
Banyak hal yang bisa saja terjadi ketika orang tua melatih anak untuk berpuasa. Contohnya puasa yang dijalankan baru setengah hari tapi tiba-tiba anak terlihat pucat dan tidak kuat melanjutkan puasanya. Belum waktunya berbuka, bisa saja sang anak pingsan karena tidak mampu menahan lapar dan haus saat belajar puasa.
Menurut Psikolog, Ratih Zulhaqqi M.Psi, orang tua harus selalu mengetahui kemampuan anak dalam menjalankan puasa demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan."Jadi orang tua harus selalu tanya kekuatan anak apa masih bisa melanjutkan, jangan dipaksakan," ucapnya.
Tentu agar kegiatan belajar puasa pada anak bisa lancar ada tips yang harus diperhatikan orang tua. Orang tua juga seharusnya sadar kemampuan anak berbeda dengan orang dewasa, karena itu dalam belajar berpuasa juga harus menyesuaikan dengan kemampuannya.
Menurut ahli kejiwaan anak tersebut, orang tua sebaiknya lebih reaktif jika si anak tidak kuat lagi puasa."Orang tua harus komunikatif dan aktif jadi bisa lihat gangguan pada anak kalau tidak kuat puasa," lanjutnya.
Jika memutuskan puasa, orang tua harus memperhatikan asupan gizi anak karena dengan berkurangnya jadwal makan (dari 3 kali menjadi 2 kali sehari), ada kemungkinan terjadi penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi anak. Umumnya, pedoman pemilihan makanan dengan jumlah yang cukup dan gizi seimbang harus diutamakan.
Peran ibu sangat penting dalam menyediakan menu sahur dan berbuka bagi anak yang berpuasa. Sebaiknya selalu melengkapi menu makanan keluarga dengan sayur dan buah. Kurangi makanan yang menggunakan bahan pengawet, pewarna, dan penyedap rasa seperti vetsin/MSG (monosodium glutamat). Bahkan Jika perlu bisa ditambahkan suplemen khusus untuk anak sebagai pelengkap kebutuhan mineral dan vitaminnya.