REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Syariah Bukopin (BSB) mencatatkan laba dua kali lipat pada semester satu 2015 dibanding periode yang sama tahun ini. Naiknya laba didorong peningkatan dana murah (CASA) dan penurunan biaya dana.
Laba BSB meningkat 104,9 persen dari Rp 6 miliar pada semester satu 2014 menjadi Rp 12,3 miliar di semester satu 2015.
Per Juni 2015 aset BSB mencapai Rp 5,2 triliun, bertambah Rp 570 miliar atau tumbuh 12,28 persen dari Rp 4,6 triliun pada periode yang sama 2014.
Pembiayaan juga tumbuh tumbuh 9,86 persen menjadi Rp 3,8 triliun dari Rp 3,4 triliun di tahun sebelumnya. DPK juga menjadi Rp 4 triliun, tumbuh 20,43 persen dari Rp 3,3 triliun.
Kecukupan modal (CAR) menjadi 14,3 persen dari 10,7 persen pada semester satu 2014. Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gross 4,4 persen dan rasio pembiayaan (FDR) 93,2 persen.
Direktur Utama BSB Riyanto mengatakan posisi laba rugi BSB menggembirakan. Selain karena peningkatan CASA dan ekspansi, biaya dana deposito yang turun juga membantu. Dalam tiga awal 2015 dari biaya dana yang awalnya setara 10-11 persen kini menjadi 9-9,5 persen.
''Semoga ini bisa jalan terus sampai akhir 2015. Meski ada kekhawatiran kondisi ekonomi dan sektor riil melambat,'' kata Riyanto, Kamis (2/7) petang.
Ia mengungkapkan, dampak perlambatan terasa sekali yang terlihat dari turunnya pembiayaan. Ia berharap semoga di tengah situasi global dan nasional yang tengah terjadi, bisnis perbankan bisa membaik.
Dengan situasi yang ada, BSB meningkatkan kehati-hatian, selektif pembiayaan dan tidak seagresif sebelumnya. Apalagi sektor riil melambat dan beberapa bisnis seperti batu bara dan pembiyaan kendaraan juga mulai bermasalah.
Revisi rencana bisnis juga sudah di lakukan untuk mengantisipasi kondisi global dan nasional masih belum jelas efeknya. Riyanto melihat para pengusaha juga jadi lebih hati-hati sambil mengamati.
''Harus konservatif. Laba rugi tidak tidak direvisi, tapi ekspansi ditahan,'' kata Riyanto.
Hingga akhir tahun, BSB memproyeksikan DPK tumbuh 20-30 persen menjadi Rp 4,2 triliun dan CASA terjaga di sekitar 20 persen.
''Nasabah masih fokus pada nasabah outstanding. Target nasabah pun sama dengan volume DPK sekitar 20-30 persen,'' kata Riyanto
Pembiayaan BSB fokus pada sektor pendidikan, kesehatan, perdagangan, properti, transportasi dan jasa keuangan yang sekarang sedang direm oleh BSB karena sedang melambat.
60 persen pembiayaan produktif ditujukan untuk usaha mikro dan UKM, sisanya merupakan pembiayaan komersial. Menurutnya, usaha mikro dan UKM tidak bisa berdiri sendiri dan harus disokong komersial.