Ramadhan Tanpa Azan di Canberra

Red: Indah Wulandari

Ahad 05 Jul 2015 05:30 WIB

Muslim Australia tengah melaksanakan shalat jamaah di Masjid Canberra. Foto: Canberratimes.com.au Muslim Australia tengah melaksanakan shalat jamaah di Masjid Canberra.

REPUBLIKA.CO.ID,CANBERRA --  Mahasiswi S2 Australia National University, Lala dan rekannya, Ahmad Rozali merasakan Ramadhan pertamanya di Benua Kanguru tanpa azan.

“Kalau di Indonesia, begitu mau memasuki bulan Ramadhan saja sudah terasa. Di sini, biasa aja,” ujar wanita kelahiran Surabaya tersebut seperti dituliskan oleh Rozali pada Republika, Ahad (5/7).

Ia mencontohkan, tidak ada suara azan penanda shalat Maghrib dan waktu berbuka terdengar. Sehingga ia dan rekan-rekannya selalu berpatokan pada azan di aplikasi digital di handphone-nya. Waktu berbuka di area Antil Street, Canberra sekitar pukul 17.05.

Selain itu, ia mengaku merindukan beberapa tradisi unik yang terdapat di kampung halamannya. Seperti saat sejumlah anak kecil bermain petasan dan membangunkan sahur dengan beragam tetabuhan.

Meski mengaku rindu kampung, Lala dan Rozali mantap berencana melewati Ramadhan dan Idul Fitri tanpa sanak saudara di Canberra.

“Nanti silaturahim sesama orang Indonesia. Tapi, kemungkinan besar teman-teman non-Muslim juga mengucapkan selamat kepada kami,” kata Lala.

Demi mengobati kerinduan pada Indonesia, mereka pun selalu memasak makanan Indonesia saat berbuka puasa maupun saat Lebaran tiba nanti. 

"Biar sedikit terasa Indonesia-nya, kita masak makanan Indonesia,” jelas Lala.

Beberapa menu khas Indonesia tampak tersaji, seperti bubur kacang hijau, ikan tengiri goreng, dan tumis sayuran.

Ia mengaku, menjalani puasa Ramadhan  di Canberra tidak semeriah berpuasa di Indonesia. Selain karena faktor jauh dari keluarga, Canberra dan Australia umumnya, sedang berada di musim dingin. Sehari-hari, cuaca berada di kisaran sembilan hingga minus enam derajat Celcius.

Ia menceritakan bahwa tidak banyak masjid bisa ditemukan di ibu kota Australia ini. Hanya terdapat satu masjid di kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra. Hal itu disebabkan, minimnya penganut agama Islam di kota ini.

Tak ayal,  ia juga mengaku kesulitan untuk melakukan shalat tarawih berjamaah. Maka, ia dan rekannya pun melakukan tarawih di tempat tinggal mereka saja.

“Kami lebih rajin melakukan ibadah seperti mengaji Alquran di bulan Ramadhan,”katanya.

Terpopuler