Tantangan Berpuasa di Amerika (1)

Red: Agung Sasongko

Senin 06 Jul 2015 17:00 WIB

 Suasana buka puasa bersama di Masjid IMAAM Center, Maryland (1) Suasana buka puasa bersama di Masjid IMAAM Center, Maryland (1)

Oleh:  Triwik Kurniasari, kandidat master jurusan Communication and Development Studies, Ohio University. 

 

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Waktu menunjukkan pukul 20.00 di pertengahan Juni di Silver Spring, Maryland, Amerika Serikat (AS). Sejumlah orang tampak lalu lalang memasuki pintu Masjid IMAAM Center.

Masjid IMAAM atau Indonesian Muslim Association in America, merupakan pusat kegiatan keagamaan bagi para Muslim Indonesia di area Washington D.C., Maryland dan Virginia. Masjid IMAAM Center, yang dulunya merupakan gereja, diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada September 2014.

Lantai bawah masjid difungsikan sebagai ruang serbaguna, sedangkan lantai atas digunakan untuk tempat salat. Pada Ahad (21/6) itu, di lantai bawah masjid tampak sejumlah perempuan yang sibuk menata kurma dan kue-kue khas Indonesia, seperti bolu dan nagasari, di atas piring-piring kertas. Beberapa perempuan menuang kolak pisang ke dalam gelas-gelas plastik.

Sejumlah kursi berderet rapi. Deretan kiri khusus untuk perempuan, sebelah kanan untuk laki-laki. Di tengah-tengah ruangan, meja ditata berjajar. Sejumlah nampan berisi makanan tertata rapi di atasnya. Makanan tersebut disediakan oleh para anggota salah satu halaqah (kelompok pengajian) setempat.

Beberapa menu hari itu adalah ayam goreng, sayur kale, tahu goreng dan karedok. Semua makanan, gratis! Berkat donasi dari para anggota halaqah. Suasana tampak berbeda di lantai dua dimana sejumlah pria, perempuan dan anak-anak tampak khusyuk mengaji sembari menunggu azan Magrib.

Tepat pukul 20.38, suara azan bergema di Masjid IMAAM Center, menandai saatnya berbuka puasa. Di pertengahan Juni itu, para Muslim di AS harus berpuasa selama hampir 17 jam.

Waktu puasa diawali sekitar pukul 4 bertepatan dengan Subuh sementara waktu berbuka puasa adalah sekitar pukul 20.30. Saat musim panas, matahari terbit lebih cepat dan tenggelam lebih lambat. Di antara para Muslim Indonesia, tampak beberapa orang non-Indonesia yang ikut hadir di acara buka bersama hari itu.

Waktu puasa yang lama dan hawa panas merupakan tantangan terbesar bagi para Muslim yang menjalankan ibadah puasa selama musim panas di AS. Suhu di sejumlah daerah di AS bisa mencapai lebih dari 35 derajat Celsius di musim panas.

Nana, 24, perempuan Indonesia yang tinggal di Maryland dan hadir di acara buka bersama Masjid IMAAM Center hari itu, berbagi suka dukanya selama berpuasa di AS selama dua tahun.

“Sejak ada Masjid IMAAM, suasana puasa tahun ini lebih berasa seperti di Indonesia. Di sini saya juga bisa bersilaturahim dengan sesama Muslim dan berkenalan dengan orang-orang baru,” ujar Nana yang datang ke masjid setiap akhir pekan.

Yearry Panji, mahasiwa Indonesia yang kuliah di Ohio University (OU), Athens, dan sedang melakukan penelitian di Maryland, juga berbagi pengalamannya berpuasa di Negara Paman Sam. Kandidat doktor jurusan Media Arts and Studies ini pertama kali berpuasa di AS di tahun 2012.

“Awalnya agak shocked karena summer dan beda waktu puasa beberapa jam dari Indonesia. Selain itu, susah cari makanan [Indonesia],” kata Yearry yang tinggal di AS bersama sang istri, Dessy.

Udara panas dan padatnya kuliah sempat membuat Yearry harus di diinfus karena dehidrasi. “Kecapekan dan kepanasan. Badan lemas. Jadi tidak puasa sekitar 2-3 hari,” ujar Yearry yang dihubungi belum lama ini.

Terpopuler