Selasa 26 Apr 2022 01:31 WIB

Rahasia Lailatul Qadar

Rahasia Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi).
Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi).

Oleh: Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Ramadhan tiba, senantiasa diperbincangkan tentang Lailatul Qadr. Malam kemuliaan yang selalu dirindukan dan diburu oleh setiap Muslim yang berpuasa di setiap tarikan napasnya.

Namun, ketika mencari makna dan sosok yang pasti tentang malam al-Qadr itu, termasuk kapan ia hadir, semuanya menjadi ranah misteri: Wallahu 'alam. Insan beriman hanya berusaha memahaminya di atas keyakinan yang utuh bahwa malam yang disebutkan itu hadir adanya.

Allah pun melemparkan pertanyaan retoris sebagai wujud ketakverbalan mengenai kehadiran malam kemuliaan tersebut. Wama adraka ma lailat al-qadr? Tahukah kamu apa Lailatur Qadr itu?

Dalam Alquran, surah Al-Qadr: 1-5, Allah hanya memberi isyarat makna, “Lailat al-Qadr khairu min alfi syahr”, ia lebih baik dari seribu bulan. Di dalamnya turun malaikat dan ruh dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan.

Malam itu penuh keselamatan sampai terbit fajar. Para mufasir banyak yang mengaitkan malam Al-Qadr sebagai “malam diturunkannya Alquran” itu dengan “malam penuh berkah” sebagaimana terkandung dalam surah Ad-Dukhan ayat 3-4.

“Sesungguhnya, Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu ditetapkan segala urusan bijaksana.”

Sayyid Qutb dengan indah menggoreskan tafsirnya mengenai malam al-Qadr itu. Pembicaraan dalam surah al-Qadr ini adalah tentang malam yang dijanjikan dan disaksikan serta dicatat oleh seluruh wujud dengan penuh kegembiraan, semangat, dan kekhusyukkan.

Malam perhubungan mutlak antara bumi dan alam tertinggi. Malam permulaan turunnya Alquran ke dalam hati Nabi Muhammad. Malam peristiwa agung yang bumi tidak pernah menyaksikan malam yang seperti itu dalam keagungan, petunjuk, dan dampaknya pada manusia.

Sayyid Qutb menyimpulkan, malam al-Qadr itu begitu agung. Cahaya fajar yang dikemukakan dalam nash surah ini, serasi dengan cahaya wahyu Ilahi dan cahaya malaikat, juga dengan ruh keislaman yang mengepakkan sayapnya ke seluruh semesta.

Pada malam al-Qadr itu dijelaskan segala urusan. Diletakkan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan norma-norma. Ditetapkan kadar ukuran yang lebih besar daripada kadar perseorangan, yaitu kadar umat, negara, dan bangsa.

Bahkan, lebih banyak dan agung, yaitu kadar hakikat, peraturan, dan hati nurani. Kadang-kadang, karena kebodohan manusia, mereka lupa terhadap kadar kemuliaan malam itu, hakikat peristiwanya, dan keagungan perkaranya sehingga mereka kehilangan karunia Allah.

Lailatul Qadr berada dalam radar yang melampaui pengetahuan manusia, hatta untuk menentukan kapan malam itu tiba pada bulan Ramadhan. Hadis-hadis Nabi akhir zaman pun hanya memberi sejumlah isyarat hari, tetapi tidak memastikannya.

Karena itu, setiap Muslim yang berpuasa dan ingin meraih malam al-Qadr yang penuh kemuliaan, keberkahan, dan keagungan itu harus melakukan segala ibadah yang diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah dengan penuh ketaatan.

Jadikan malam al-Qadr yang penuh rahasia itu sebagai azam revolusi pencerahan diri selaku Muslim yang berperilaku mulia, agung, dan menyebarluaskan berkah kebajikan semesta. Jika perubahan perilaku itu dapat dipancarkan dalam kehidupan nyata di kala dan pasca-Ramadhan maka Muslim yang berpuasa hakikatnya telah meraih al-Qadr sebagai malam penuh cahaya keagungan, kemuliaan, dan keberkahan yang mencerahkan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement