REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adanya koreksi di Cina merupakan cerminan kondisi nasional dari negara tirai bambu itu. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo pun mengatakan, kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran investor dalam negeri.
"Mayoritas investor dalam negeri menjadi kuatir dan akan mempengaruhi dunia usahanya," ujar Agus saat ditemui di Gedung Jakarta Convention Center (JCC) di Jakarta, Kamis, (10/7). Ia menambahkan, kekuatiran tersebut bisa berpengaruh bagi mitra kerja utama dari Cina.
Agus menegaskan, Indonesia perlu terus mewaspadai dampak anjloknya saham Cina. "Faktor eksternal ini perlu diwaspadai, seperti krisis Yunani, Cina, Amerika Serikat (AS) yang terus mengalami perbaikan, serta harga komoditi yang melemah," jelasnya.
Dirinya menuturkan, kini Indonesia tetap optimis mampu melakukan perbaikan jangka pendek yang cukup konkrit dan fokus pada kegiatan jangka panjang, serta menengah. Melalui reformasi struktural, demi menciptakan kepercayaan diri.