Karyawan Kemenkes Mudik Bareng Gratis

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indah Wulandari

Rabu 15 Jul 2015 09:04 WIB

 Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek usai mengikuti Rapat Kerja dngan Komisi IX di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (30/3). Foto: Republika/Agung Supriyanto Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek usai mengikuti Rapat Kerja dngan Komisi IX di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebanyak  693 karyawan Kementerian Kesehatan melakukan mudik bersama dengan 16 bus.

"Mereka berangkat mudik bersama dengan tujuan Purwokerto, Solo, Surabaya, Lampung, Palembang, dan Padang, pemudik terdiri dari pegawai golongan I, II, pramubakti, sopir, honorer, dan staf lainnya,"terang Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek, Rabu (15/7). 

Ia mengatakan, pulang mudik Lebaran merupakan tradisi budaya yang baik. Hikmahnya bangsa Indonesia mempunyai budaya menghormati orangtua, kerabat di kampung halaman dengan menyambangi mereka minimal setahun sekali.

"Budaya mudik ini tak akan lepas dari bangsa kita. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Kementerian Kesehatan juga mengadakan mudik bersama bagi karyawan," kata Nila.

Mudik bersama gratis ini, kata Nila, untuk mempermudah keluarga besar Kementerian Kesehatan merayakan Idul Fitri bersama keluarganya di kampung halaman masing-masing.

Selain itu, program mudik bersama ini turut membantu kebijakan pemerintah dalam hal mengurangi  kecelakaan lalu lintas jika para pegawai melakukan mudik Lebaran secara sendiri-sendiri apalagi menggunakan sepeda motor.

Menurut data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan dalam empat tahun terakhir yaitu 17, 6 juta jiwa (2012), 18,5 juta (2013), 19,6 juta (2014) dan pada tahun 2015  diprediksi meningkat 1.96 % menjadi 20 juta lebih.

Arus mudik utamanya terjadi di 10 provinsi, yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Banten,  DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,  Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.

"Kecelakaan menimbulkan kematian atau kecacatan seumur hidup, hal itu harus dicegah. Satu kecelakaan itu sudah terlalu banyak sebab satu saja kecacatan atau kematian akibat kecelakaan akan mempengaruhi kehidupan orang lain," ujar Nila.

Terpopuler