REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pedagang Dodol khas Depok Jawa Barat mendapatkan banyak pesanan dari konsumen untuk dijadikan salah satu penganan pada hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah.
"Saat ini saya sudah membuat Dodol ini sebanyak 700 kilogram untuk memenuhi permintaan langganan," kata Pengusaha Dodol Harum Depok, Hj. Rokiyah di Depok, Rabu (15/7).
Ia mengatakan pembuatan dodol ini dilakukan sejak pukul 04.00 hingga 10.00. Setelah selesai adonan dodol tersebut didiamkan agar dingin, kemudian dikemas sesuai dengan pesanan para langganannya.
"Saya menjualnya 1 kilogram Rp 55 ribu atau naik Rp5 ribu dibandingkan tahun lalu," ujarnya.
Kendati mengalami kenaikan, namun pembelinya tidak protes atau berkurang. Karena banjir pesanan, Rokiah terpaksa menutup pesanan dodol sejak sepekan lalu.
Di rumahnya di Jalan KH Usman No 47, Beji, Depok, Rokiyah mempekerjakan delapan orang untuk mengolah dodol tersebut. "Kalau sedang mengaduk dodol kan tidak boleh berhenti selama enam jam, jadi gantian mengaduknya," ujarnya.
Agar rasa dodol ini terasa lebih legit maka pembuatan dodol menggunakan kayu bakar tidak menggunakan gas.
"Saya menggunakan kayu rambutan agar lebih awet," katanya.
Setiap hari Rokiah bisa membuat hingga 70 kilogram dodol yang dibuat dalam dua tahap. Sekali adonan, memerlukan waktu hingga delapan jam. Dibantu delapan orang karyawannya, Rokiyah dengan telaten mengaduk wajan berukuran besar.
Untuk satu kali adonan menghabiskan 12 liter beras ketan, 24 butir kelapa, 12 kilogram gula merah dan 6 kilogram gula putih.
Usaha dodol Rokiyah ini telah dijalani tiga turun temurun, jadi memang sudah lama usaha ini digeluti keluarga. "Ini memang bisnis warisan keluarga saya," jelasnya.
Walaupun dibuat tanpa pengawet, dodol buatannya bisa awet hingga tiga bulan. Karena dimasak sangat matang dan dalam waktu lama. "Saya tidak pernah menggunakan bahan pengawet semuanya alami saja," jelasnya.