REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski dilarang jual petasan dan kembang api, ternyata Hari Raya Idul Fitri membawa berkah kepada pedagang satu ini. Ramadhan hampir usai, bahkan tinggal menunggu waktu saja, lantas pedagang petasan dan kembang api musiman pun telah usai masa dagangnya untuk mengais untung.
"Sejujurnya saya sedih bulan puasa ini telah berakhir karena omzet berjualan petasan lumayan besar," ujar Sagita, pedagang petasan di Jakarta Utara.
Sagita mengaku, omzet memasuki bulan Ramadhan terbilang cukup tinggi meski tidak menentu. Menurutnya, berjualan petasan dan kembang api menjanjikan karena minat pembeli tinggi serta modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar. "Sehari-hari saya berjualan mainan tapi khusus saat puasa, Idul Fitri, Tahun Baru, Natal dan Imlek saya berjualan petasan dan kembang api," ujar Sagita.
Karena berjualan petasan dilarang, dirinya pun menjajakan petasan ringan yang tidak membahayakan, seperti kembang api, petasan banting, petasan gangsing yang aman. Ini membuat dia terhindar dari razia yang dilakukan oleh pihak berwajib. Lebih lanjut, Sagita mengaku sudah tiga tahun tidak mudik ke kampung halamannya di Sidoarjo.
"Saya sudah yatim piatu, mau pulang juga malas tidak ada siapa-siapa lebih baik saya mencari rupiah di Jakarta," ujarnya.
Manis pahit berdagang petasan ini sudah ia rasakan semua, tempat ia berjualan pernah dibongkar paksa, dagangan yang ia jajakan pernah diratakan habis oleh Satpol PP, tetapi keuntungan 100 persen dalam satu malam pun juga pernah ia rasakan.
Ia mengaku sampai saat ini masih rasa keinginan untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri walaupun usianya mencapai 25. Tapi karena perekonomiannya terhambat, ia terpaksa menundanya entah sampai kapan.