Tak Ada Hari Raya Bagi Tunawisma Malaysia

Rep: C07/ Red: Ilham

Senin 20 Jul 2015 15:45 WIB

Menara Petronas Malaysia Foto: feriadiisander.wordpress.com Menara Petronas Malaysia

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Saat hari raya idul firi, kebanyakan para tunawisma  merayakannya dengan bergabung dalam acara open house LSM. Namun, beberapa tunawisma lebih memilih untuk tidak ikut bergabung perayaan hari raya.

"Hari raya tidak berarti bagi saya," kata salah seorang tunawisa, Azman Ahmad Nordin (47) dikutip dari Bernama, Senin (20/7).

Sudah hampir sebulan, Azman tinggal di trotoar kaki lima Jalan Tuanku Abdul Rahman. Azman berasal dari Teluk Sena, Bota Kiri di Perak, ia datang ke Kuala Lumpur beberapa tahun yang lalu, setelah mengalami kebangkrutan dalam usaha pertanian.

Awalnya, ia datang ke kota untuk mencari pekerjaan. Saat pertama kali datang ke kota, ia pernah bekerja sebagai penjaga keamanan selama beberapa tahun, namun pernah ditipu dalam upahnya.

"Saya tidak merasa semangat hari raya. Bahkan ketika saya bekerja, saya tidak kembali ke rumah untuk merayakan, "katanya sambil merentangkan lembaran plastik sebagai alas tempat tidurnya di waktu malam.

"Sekarang masalah kesehatan saya membuat hidup saya menjadi lebih sulit," ucapnya.

Azman mengatakan, ia mencoba untuk mencari bantuan keuangan dari Baitulmal. Namun laporan dokter tidak memuaskan. "Aku harus membuka rekening di Bank Islam. Aku disuruh mengambil laporan dokter juga, tetapi tidak pernah disampaikan mereka. Sudah kusut sekarang semuanya hidup saya, "keluhnya.

Tunawisma lainnya dari Kelantan, Junaidi Mohd Pilus (40) mengatakan, dia tidak bisa kembali ke rumah untuk Hari Raya karena tidak punya uang. Ia bahkan tidak pernah bekerja dalam waktu yang lama dan tinggal di kota.

"Sebelumnya, saya bekerja sebagai penjaga. Sekarang, saya memiliki komplikasi paru-paru dan tidur di sini," katanya. Junaidi mengaku masih memiliki keluarga dan enam saudara di desanya.

Tajul Afindi (53) tunawisma dari Puchong, mengatakan keluarganya tidak mengakui dirinya setelah ia menderita tuberkulosis. "Aku punya TB.

Saya keluar dari rumah sakit dua bulan lalu. Keluarga saya tidak suka saya jadi saya datang ke sini," katanya.

Pekerjaan yang digelutinya selama 15 tahun di Sungai Buloh harus berhenti. Tajul pun telah menceraikan istrinya, namun ia masih memiliki tanggungan ibunya di Puchong. Dia mengaku hidup pada kemurahan hati orang lain dan makanan yang disediakan oleh LSM.

Setelah tinggal di jalanan selama 20 tahun, Hari Raya hanya hari lain untuknya.

Terpopuler