Selasa 21 Jul 2015 09:16 WIB

Saham Asia Goyah, Harga Emas Stabil

Rep: C32/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar papan indeks saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (9/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawan memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar papan indeks saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Saham Asia pagi ini terpantau goyah sementara harga emas stabil setelah sebelumnya mengalami pelemahan drastis. Emas sempat terjun lebih dari empat persen ke posisi terendahnya selama lima tahun pada sesi sebelumnya.

“Penurunan harga emas itu konsisten dengan kenaikan ekuitas yang membuat Nasdaq ke rekor tertingginya. Ini sinyal untuk pedagang forex bahwa akan ada ketenangan di bursa” kata Direktur BK Asset Management Kathy Lien seperti yang dikutip Reuters, Selasa (21/7).

Menurut Lien, keadaan bursa tersebut disebabkan situasi Yunani yang sudah mulai stabil. Bank-bank yang ada di Yunani mulai dibuka kembali sebagai langkah Athena dalam melunasi utang miliaran euro kepada kreditor internasional agar tetap berada di zona Euro.

Sementara itu, pergerakan harga emas yang menurun menyebabkan kekhawatiran di Wall Street meskipun semua tiga indeks utama naik. Selain itu, IXIC masih berhasil menandai rekornya pada penutupan sebelumnya dan S&P 500 berakhir turun tiga poin dari rekor penutupannya juga.

Diketahui, Dolar melonjak ke level tertingginya sejak 23 April terhadap sejumlah mata uang utama. Selain itu, Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang dibuka datar pada awal sesi perdagangan.

Namun saham unggulan seperti Indeks saham Nikkei Jepang N225 naik 0,5 persen karena bursa dibuka kembali setelah libur pada Senin. Lalu untuk spot emas naik tipis sekitar 0,2 persen pada level 1,099 per dolar AS.

Sementara itu untuk perdagangan mata uang, Euro naik tipis sekitar 0,1 persen pada level 1,0833. Lalu pergerakan dolar terpantau stabil terhadap yen pada level 124,295.

Dalam perdagangan komoditas, minyak mentah berjangka terus tergelincir karena tertekan oleh penguatan dolar dan kekhawatiran tentang pasokan. Minyak mentah turun sekitar 0,2 persen pada awal perdagangan pada level 50,07 dolar AS per barel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement