REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar mengenai devaluasi mata uang Cina, Yuan, telah mengguncang pasar sejak kemarin. Menurut pengamat Pasar Uang Farial Anwar, hal itu yang membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus 4.400 sampai 4.600.
Farial menjelaskan, ada aksi jual saham dari asing, lalu hasilnya berupa kurs rupiah dibelikan dolar AS. Maka terjadi jual beli dolar AS dalam jumlah besar di pasar keuangan.
"Jadi pembelian dolar sangat besar dan hanya BI (Bank Indonesia) yang mengeluarkan dolar dengan intervensi, tapi tampaknya tidak berhasil," ujarnya kepada Republika, Rabu, (12/8). Meski begitu, ia bersyukur tadi nilai rupiah ditutup di bawah Rp 13.800 per dolar AS.
Ia berharap, semoga besok BI dapat menjaga nilai tukar rupiah agar tak terus tertekan. Kalau penekanan rupiah terus berlanjut, dampaknya akan berbahaya bagi perekonomian Indonesia.
"Permintaan dolar memang besar. Mudah-mudahan aksi jual beli dolar AS tidak terjadi selama beberapa hari ke depan," tutur Farial.
Pagi tadi kurs rupiah sempat bergerak di kisaran Rp 13.895 per dolar AS. Kemudian berdasarkan data Bloomberg, sekitar pukul 02.34, kurs rupiah menguat 1,56 persen menjadi Rp 13.820. Lalu menjelang sore, rupiah terus menguat di posisi Rp 13.799 per dolar AS.