REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank-bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) jangan sampai terjerat oleh utang yang diberikan oleh China Development Bank (CDB). Komisi XI DPR RI khawatir Bank Mandiri, BNI, dan BRI yang melakukan pinjaman tersebut nantinya beralih ke tangan asing.
“Jangan sampai bank kita beralih ke pihak lain karena pengelolaannya yang tidak benar,” ucap anggota Komisi XI DPR RI Biem Triani Benjamin saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (18/9).
Seharusnya, kata Biem, pemerintah tidak perlu melakukan pinjaman dari luar dan lebih menggali potensi dalam negeri. Kalau ingin membuat in flow capital, pemerintah bisa menggenjotnya dari sektor pariwisata dan ekspor. Indonesia dinilai sudah terlalu banyak melakukan pinjaman dari luar negeri.
Menurut dia, Cina berambisi menguasai ekonomi global. Pinjaman-pinjaman yang diberikan bertujuan membuat si peminjam ketergantungan. “Saat tidak ada dana untuk mengembalikan pinjaman, mereka akhirnya akan dikuasi untuk penguasaan ekonomi,” kata Biem.
Cara berperang saat ini sudah berubah, dari yang tadinya lewat kontak fisik menjadi jalur ekonomi. Bukan tidak mungkin, ekonomi Tanah Air nantinya ‘dikuasai’ asing, terutama Cina mengingat mereka sangat ekspansif sekali.
Politikus dari Fraksi Partai Gerindra ini mengatakan pinjaman luar negeri memiliki dampak negatif mengingat ada sentimen negatif di dalamnya “Out flow bisa lebih besar dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa menjadi lebih terpuruk lagi,” ujar Biem.
Konon, pinjaman tersebut akan digunakan untuk keperluan infrastruktur. Padahal infrastruktur merupakan keperluan jangka panjang. Ada kebutuhan lebih mendesak dari itu, yakni masalah pangan.
Indonesia membutuhkan kemandirian pangan. “Bukannya tidak boleh membangun infrastuktur tapi dalam kondisi ekonomi yang sedang karut-marut begini, ada hal lain yang harusnya diprioritaskan,” kata Biem.