Senin 05 Oct 2015 17:24 WIB

In Picture: Aksi Demo Tolak Pembangunan PLTU Batang

.

Red: Mohamad Amin Madani

Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar berdoa bersama di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)

Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar aksi unjuk rasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)

Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar aksi unjuk rasa berupa mengaji bersama di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)

Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar berdoa bersama di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)

Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar aksi Shalat bersama di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar aksi unjuk rasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10), menolak rencana pembangunan PLTU Batang.

Dalam aksinya Mereka meminta Presiden Joko Widodo membatalkan pembangunan PLTU di Kabupaten Batang, Jawa Tengah karena dinilai akan menghancurkan kawasan konservasi laut, lahan pertanian serta mencemarkan perairan laut yang akan mengancam kehidupan masyarakat setempat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement