Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar berdoa bersama di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar aksi unjuk rasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar aksi unjuk rasa berupa mengaji bersama di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar berdoa bersama di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar aksi Shalat bersama di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga yang tergabung dalam Paguyuban Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso dan Roban (UKPWR) Batang bersama aktivis Greenpeace menggelar aksi unjuk rasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (5/10), menolak rencana pembangunan PLTU Batang.
Dalam aksinya Mereka meminta Presiden Joko Widodo membatalkan pembangunan PLTU di Kabupaten Batang, Jawa Tengah karena dinilai akan menghancurkan kawasan konservasi laut, lahan pertanian serta mencemarkan perairan laut yang akan mengancam kehidupan masyarakat setempat.
Advertisement