Sabtu 24 Oct 2015 09:39 WIB

Laju Ekonomi Korsel Tercepat dalam Lima Tahun

Rep: Risa Herdahita/ Red: Indah Wulandari
Bendera Korea Selatan
Foto: flagscountries.blogspot.com
Bendera Korea Selatan

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL -- Ekonomi Korea Selatan (Korsel) kuartal ketiga tahun ini, tumbuh pada laju tercepat dalam lima tahun. Itu meski negara itu sedang diserang wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) pada awal tahun ini.  

Dilansir dari CNBC (23/10), produk Domestik Bruto (PDB) Korsel tumbuh 1,2 persen pada periode Juli-September dibanding kuartal sebelumnya. Ini menandai laju tercepat sejak kuartal kedua tahun 2010 dan naik tajam dari pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 0,3 persen pada April-Juni.

Secara year on year (yoy), pertumbuhan ekonomi meningkat 2,6 persen naik dari kuartal sebelumnya, sebesar 2,2 persen.

Berdasarkan anggaran belanja, pembentukan modal tetap bruto naik 2,9 persen. Ini didorong kenaikan aktivitas konstruksi. Sementara, investasi konsutruksi tumbuh 4,5 persen. Ini dengan peningkatan konstriksu bangunan dan teknik sipil. Perusahaan juga melakukan investasi dalam mesin dan peralatan yang kemudian meningkatkan fasilitas investasi.

Untuk konsumsi swasta, pun naik 1,1 persen pada kuartal ketiga. Ini dipimpin naiknya belanja layanan dan barang tahan lama, sementara belanja pemerintah meningkat 1,9 persen.

"Kami berharap permintaan domestik tetap menjadi pendorong utama pemulihan, dibantu oleh langkah kebijakan yang mendukung," ujar ekonom Asia di Capital Economics, Krystal Tan dalam catatannya.

Menurutnya, Bank Sentral Korea Selatan (the BoK) telah memangkas suku bunga acuan sebanyak empat kali sejak Agustus 2014. Ini pada gilirannya berhasil mendukung pertumbuhan kredit rumah tangga.

"Dengan tekanan inflasi jinak, kebijakan moneter akan tetap longgar selama setahun kedepan," lanjutnya.

Selain dukungan moneter, pemerintah juga telah melangkah untuk meningkatkan perekonomian. Pada akhir Juli, parlemen memberikan anggaran tambagan 11,5 triliun won atau 10,2miliar dolar AS untuk membantu mengatasi dampak ekonomi terkait penyebaran virus MERS.

Di sisi lain, ekspor menjadi hambatan utama pada ekonomi. Ini mencerminkan permintaan eksternal yang lemah. Itu terutama dari mitra dagang utama Korea, yaitu Cina. Sementara itu, impor meningkat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement