REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan segera tiba. Itulah bulan yang penuh keberkahan saat amal dilipatgandakan dan pintu surga dibuka lebar-lebar. Bulan yang mulia ini harus disambut dengan berbagai persiapan.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr Yunahar Ilyas mengatakan, persiapan pertama yang harus dilakukan setiap Muslim dalam menghadapi bulan suci Ramadhan adalah persiapan hati (ruhiyah). Bulan ini hendaknya disambut dengan gembira dan sukacita.
"Marhaban ya Ramadhan, dari kata rahaba," ungkap Yunahar ketika dihubungi Republika, Rabu (25/5). Menurut Yunahar, marhaban diambil dari kata rahaba yang berarti luas atau lapang.
Kata marhaban menggambarkan sesuatu yang datang disambut dan diterima dengan lapang dada, penuh kegembiraan, dan dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa pun. Dari makna tersebut, ungkap Yunahar, umat Islam hendaknya menyambut bulan suci Ramadhan dengan sepenuh hati, tidak dengan menggerutu, apalagi sikap acuh.
Di bulan inilah jiwa dan raga kita akan diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT. Ramadhan dipercaya sebagai bulan penuh keberkahan.
Dalam sebuah hadis, Abu Hurairah mengatakan, Rasulullah SAW bersabda tentang lima keutamaan Ramadhan yang tidak diberikan kepada umat lainnya. Pertama, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada aroma kasturi.
Kedua, para malaikat memohonkan ampun bagi mereka yang berpuasa hingga waktu berbuka. Ketiga, para hamba yang saleh dibebaskan dari beban dan derita hingga menuju ke surga.
Keempat, pada bulan ini para jin yang jahat dibelenggu sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti bulan-bulan lainnya. Kelima, Allah SWT memberikan ampunan bagi mereka yang beribadah di akhir malam.
Prof Yunahar Ilyas menyitir sebuah hadis saat Rasulullah SAW ditanya, "Wahai Rasulullah, apakah malam itu adalah lailatul qadar? Jawab beliau SAW, "Tidak, tetapi orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya." (HR Ahmad)