REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Pengkajian Ramadhan 1437 Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi dibuka, Senin (13/6). Acara dibuka oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Kegiatan yang bertema 'Negara Pancasila Sebagai Darul 'Ahdi Wa Syahadah' itu dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), Kabupaten Cirebon. Para tokoh penting di negeri ini pun akan turut hadir dalam pengkajian yang berlangsung mulai Senin (13/6) hingga Rabu (15/6) tersebut.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengungkapkan, tema itu diambil dari dokumen resmi hasil Muktamar ke-47 di Makassar sebagai satu-satunya dokumen yang monumental. Tema itu mengandung sikap dan pandangan Muhammadiyah tentang Indonesia sebagai negara Pancasila.
''Jika menengok ke belakang, kita melihat kekuatan masyarakat, termasuk umat Islam, sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan dan membangun negara tercinta ini,'' terang Haedar.
Menurut Haedar, perjuangan umat Islam dalam melawan penjajah sangat luar biasa. Begitu pula dengan Muhammadiyah bersama organisasi Islam lainnya juga telah berkontribusi besar terhadap Indonesia merdeka.
Dalam membangun dan mendirikan Indonesia, peranan umat Islam juga sangat strategis. Pada 22 Juni, saat terjadi kesepakatan/kompromi antara nasionalis Islam dan nasionalis lain, lahirlah Piagam Jakarta, yang menjadi fundamen Indonesia merdeka.
Demi keutuhan bangsa, umat Islam melalui tokoh Muhammadiyah merelakan tujuh kata dalam Piagam Jakarta untuk dilepas. Namun meskipun begitu, sila kelima yakni Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sebagai sila pertama.
''Bagi umat Islam, sila pertama itu merupakan konversi yang sama bagi akidah. Yaitu tauhid sebagai landasan yang fundamental bagi berdirinya Indonesia merdeka,'' tegas Haedar.
NKRI yang berdasar Pancasila adalah hasil komitmen seluruh anak bangsa yang didalamnya sumbangan terbesar umat Islam, khususnya Muhammadiyah. Jadi Indonesia yang disebut sebagai negara Pancasila adalah Darul Ahdi, hasil konsensus umat Islam yang akan terus dipegang sebagai janji.