Meraih Malam Kemuliaan Lailatul Qadar

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Damanhuri Zuhri

Ahad 26 Jun 2016 18:01 WIB

Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi). Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Malam lailatul qadar adalah malam kemuliaan. Malam yang pahalanya sama dengan beribadah seribu bulan atau 83 tahun.

Ketua umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail mengatakan Rasulullah SAW setiap Ramadhan selalu mengajak anak dan keluarganya memperbanyak ibadah. Ibadah pun semakin meningkat ketika 10 hari terakhir Ramadhan.

Selain ibadah rutinitas yang dilakukan, banyak ibadah yang dapat dilakukan salah satunya I’tikaf di masjid. Rasulullah SAW pun di tahun terakhir sebelum wafat bahkan beritikaf selama 20 hari selama Ramadhan.

“Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah amalan apa yang sering dilakukan saat sepuluh malam terakhir, Rasulullah menjawab untuk memperbanyak berdoa memohon ampunan kepada Allah SWT,” jelas Kiai Satori kepada Republika, Ahad (26/6).

Menurut Kiai Satori, ciri-ciri malam lailatul qadar biasanya terjadi pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Malam tersebut biasanya suasana hening, tidak ada hujan lebat dan angin kencang.

Saat pagi, matahari akan bersinar terang tetapi panasnya tidak menyengat. Mereka yang mendapatkan lailatul qadar biasanya memiliki ciri-ciri.

Umat Muslim baik laki-laki maupun perempuan bisa saja mendapatkan lailatul qadar. Mereka yang mendapatkannya biasanya menjadi lebih baik kehidupan beragamanya setelah meraih lailatul qadar.

Kiai Satori mengingatkan bagi umat Muslim untuk merasa atau mengaku-ngaku telah mendapatkan lailatul qadar. Karena sifat dan karakter Muslimin yang mendapatkannya tidak akan seperti itu.

Mereka akan lebih baik dari sisi ibadah, ekonomi, sosial  bahkan seluruhnya selalu didekatkan dengan Allah SWT. Bahkan setelah mendapatkan lailatul qadar, mereka merasa memiliki keindahan menuju khusnul khatimah.

Bagi wanita tak harus khawatir tidak mendapatkan malam lailatul qadar karena terhalang haid, nifas atau tidak berpuasa karena hamil. Banyak amalan lain yang dapat rutin dijalankan saat malam-malam terakhir Ramadhan.

Mereka bisa memperbanyak zikir, taat pada suami dan orang tua dan tidak meninggalkan kewajiban sebagai istri dan anak. Bahkan seorang wanita dapat memeprbanyak doa tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga keluarga dan negara.

Bagi anak-anak, mereka yang telah rajin beribadah tetapi belum baligh atau mumayiz, maka pahalanya diberikan kepada orang tua. Orang tua tersebut bisa saja mendapatkan malam lailatul qadar berkat kesuksesan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah sejak anak-anak.

Ratna Ajeng Tejomukti

Terpopuler