REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fitrah manusia yang diciptakan selalu dalam kebaikan, seringkali melenceng akibat nafsu dunia yang dikejar. Menurut Direktur Utama Mahaka, Adrian Syarkawi, karena itulah Allah SWT memahami betul sifat manusia ini. Sehingga perlu satu masa, yakni Ramadhan untuk mengembalikan manusia kembali kepada fitrah ciptaannya.
Menurutnya dalam setahun umat Islam beraktivitas kecenderungan mengejar kegiatan duniawi lebih besar. Dan Ramadhan menjadi waktu untuk merenung kembali. Seolah, Allah ingin mengingatkan umat Islam bahwa hidup itu tidak hanya bisa mengejar duniawi semata.
Bagi muslim yang selalu menjaga keseimbangan kehidupan dunia dan akhiratnya, tentu mudah. Namun jelasnya, cukup banyak umat Islam yang masih perlu ‘dipaksakan’ untuk mengingat Allah. Sehingga Ramadhan seolah menjadi bulan agar umat Islam ‘dipaksakan’ berbuat positif untuk dirinya agar kembali kepada fitrah penciptaannya.
Tetapi ia tidak ingin mengesankan seolah muslim harus meninggalkan aktivitas dunia selama Ramadhan. Baginya hal yang penting selama Ramadhan adalah adanya peningkatan diri. Bagi keluarga contohnya. Adrian menekankan Ramadhan menjadi pengingatnya untuk tetap menjaga shalat berjamaah.
Setidaknya di tengah kesibukannya masih shalat berjamaah bersama keluarga, seperti di waktu shubuh yang selama ini sering terabaikan untuk berjamaah. Dan untuk selama Ramadhan ia upayakan shubuh wajib berjamaah. Sedangkan di waktu lain, ia berusaha bisa mengejar berjamaah bersama keluarga baik isya atau tarawih.
Untuk pribadi, Adrian menekankan harus ada peningkatan diri. Sehingga implementasinya lebih mudah terjadi dan tertanam. “Kalau prinsip saya ada 99 Asmaul Husna, satu saja yang bisa kita upaya mendekati. Misalnya nilai kejujuran setelah Ramadhan ini bisa dijaga terus,” ujar dia.
Kemudian di Ramadhan setelah itu atau tahun depan ditambah lagi nilai yang lain. Sehingga jalan menuju fitrah itu lebih mudah diimplementasikan. “Jadi saya tidak ada target khusus harus mencapai ibadah tertentu, nikmati saja proses ibadah Ramadhan. Karena hakekatnya bagi saya ibadah itu bukan hanya hablu mina Allah (hubungan terhadap Allah) tapi juga hablu minannas, kepada manusia.”
Dengan demikian, kata dia, walaupun Ramadhan telah usai, namun sifat kita sesama manusia masih terjaga seperti Ramadhan. Bukan hanya menjaga amarah saat puasa Ramadhan saja. Namun juga hari-hari di luar Ramadhan amarah bisa tetap dijaga.
Dengan cara-cara yang sederhana itu, menurutnya tujuan agama membentuk pribadi fitrah bisa ia terapkan, dan tetap terus terjaga. “Prinsip saya simple lakukan yang terbaik saat ini, yang ada di depan kita,” ujar dia.
Begitu pula dalam hal mengejar materi. Ia berprinsip kehidupan sehari-hari jangan terlalu mengejar materi, karena uang dan materi itu adalah rezeki Allah. Dan Allah sudah mengaturnya. Biarkan materi atau uang itulah yang mengejar kita, karena kita punya nilai.
Kalau kita mengejar materi atau uang semata tanpa sebuah nilai, ia yakin materi itu tidak akan pernah datang. Sebab materi atau uang akan datang ketika kita punya nilai terbaik. Dan pada saat nilai itu ada, menurutnya, otomatis rejeki akan ada. Nilai itu adalah kebaikan manusia, fitrahnya yang cenderung menjadi baik dan