Foto: Antara/Untung Setiawan
Arus mudik kapal laut. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Arus mudik Lebaran di Pelabuhan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, cukup lancar. Namun beredarnya tiket palsu sempat merepotkan petugas karena ada yang menjadi korban.
"Total ada 50 tiket palsu yang kami amankan. Ini terungkap dari laporan korban yang tertipu karena tiket yang mereka beli ternyata palsu," kata Kepala Polsek Kawasan Pelabuhan Mentaya AKP Rizki Hidayat di Sampit, Senin (4/7).
Tiket palsu itu meniru tiket kapal milik PT Dharma Lautan Utama. Sedangkan tiket PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) cukup sulit dipalsukan karena sudah menggunakan sistem online dan pengawasannya sangat ketat.
Kasus ini terungkap ketika calon penumpang bernama Susi melapor ke Polsek. Perempuan itu curiga karena tiket yang baru dibeli dari seseorang dengan harga Rp 380 ribu itu terlihat janggal. Setelah diperiksa, pihak pelayaran dan polisi menyatakan tiket tersebut memang palsu.
Setelah ditelusuri, ternyata ada korban lain yang menderita kerugian jauh lebih besar. Muhammad Saifudi mengaku membeli tiket 49 lembar seharga Rp 14 juta. Tiket itu rencananya dijual kepada calon penumpang, namun ternyata dia harus menderita rugi besar lantaran tiket itu palsu.
Tiket palsu itu terlihat pudar, hanya ditulis tangan dan rangkaian nomor seri tiket tidak sama dengan tiket asli. Kedua korban tertipu karena penjual tiket palsu itu mengaku sebagai karyawan pusat PT Dharma Lautan Utama. "Kasus ini masih kami selidiki. Kami mengimbau masyarakat lebih berhati-hati. Belilah tiket di agen atau loket resmi supaya tidak menjadi korban penipuan," kata Rizki.
Peredaran tiket palsu di Pelabuhan Sampit diduga ada kaitannya dengan kasus serupa yang ditemukan di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. Bahkan korban tiket palsu di pelabuhan itu jauh lebih banyak dibanding di Sampit.